3. Timnas U-23 dan U-20 Ikut Terdampak
Kegagalan Kluivert tak hanya terasa di level senior. Dua kelompok usia di bawahnya, yakni Timnas U-23 dan U-20, juga mengalami penurunan performa.
Pelatih Gerald Vanenburg (U-23) dan Frank van Kempen (U-20) — yang merupakan bagian dari tim pelatih Belanda bentukan Kluivert — ikut terseret dalam keputusan pemutusan kontrak massal.
PSSI menilai hasil yang mereka capai tidak memenuhi ekspektasi, terutama dalam ajang regional seperti SEA Games dan turnamen persahabatan internasional.
4. Konflik Internal dan Sorotan Publik
Sumber internal PSSI menyebut adanya gesekan antara staf lokal dan tim pelatih asing selama masa kepemimpinan Kluivert.
Beberapa asisten pelatih dikabarkan tidak sepakat dengan metode latihan dan kebijakan pemilihan pemain.
Di sisi lain, publik juga menilai Kluivert kurang terbuka terhadap masukan pelatih lokal, bahkan terkesan mendominasi semua keputusan teknis.
Kritik pun bermunculan di media sosial, dengan sebagian besar suporter menilai atmosfer di dalam tim tidak lagi sehat.
5. Hilangnya Karakter Garuda di Lapangan
Salah satu ciri khas Timnas Indonesia selama ini adalah semangat juang tinggi dan permainan agresif. Namun, di era Kluivert, karakter itu seolah menghilang.
Timnas kerap tampil pasif, mudah kehilangan fokus, dan tidak menunjukkan determinasi saat tertinggal.
Banyak pengamat menyebut hilangnya “roh Garuda” di lapangan menjadi alasan utama federasi melakukan “reset total” dalam pembinaan tim nasional.
Kebijakan tersebut diharapkan mampu mengembalikan identitas permainan khas Indonesia yang energik dan berani menyerang.