BeritaBandungRaya.com – Di bawah temaram duka yang menyelimuti Wisma Puspa, suara lembut penuh rasa syukur terdengar dari mulut Petty Tunjungsari, putri sulung mendiang Titiek Puspa. Di hadapan para pelayat, ia menyampaikan ucapan terima kasih mendalam atas cinta yang tak putus dari masyarakat Indonesia terhadap ibunya selama lebih dari tujuh dekade berkarya.
“Terima kasih telah menyertai kehidupan profesi Eyang Titiek Puspa selama 72 tahun. Professional on stage in this country,” ucap Petty, penuh haru, Kamis malam (10/4/2025), di rumah duka kawasan Pancoran, Jakarta Selatan.
Titiek Puspa bukan hanya seorang penyanyi. Ia adalah penulis lagu, aktris, penyiar, penulis, dan penyair. Perempuan kelahiran Tanjung, Tabalong, Kalimantan Selatan ini menapaki karier seni sejak mengikuti kontes Bintang Radio di Semarang—langkah awal yang kelak akan mengantarnya menjadi ikon budaya.
Baca Juga: Selamat Jalan Ibu Seni, Titiek Puspa Dimakamkan Besok di Tanah Kusir
“Beliau selalu bersyukur. Terima kasih kepada teman-teman, kepada semua masyarakat Indonesia yang sudah menerima karya-karyanya,” lanjut Petty.
Lagu-lagu Titiek Puspa seperti tak lekang waktu. “Kupu-Kupu Malam”, “Bimbi”, “Jatuh Cinta”, hingga “Dansa Yok Dansa” tak hanya hidup di masanya, tapi terus dinyanyikan oleh generasi baru. Beberapa bahkan diaransemen ulang oleh musisi kenamaan seperti NOAH, The Virgin, hingga Glenn Fredly.
Tak hanya bersuara, kehadiran Titiek Puspa juga mewarnai dunia film Indonesia. Ia tampil memikat dalam deretan film seperti Musik untuk Cinta, Ini Kisah Tiga Dara, dan Cinta Setaman—membuktikan bahwa energi kreatifnya tak pernah pudar, bahkan di usia senja.
“Beliau tetap ingin menyenangkan masyarakat Indonesia dengan karya-karyanya,” ungkap Petty. Semangat itu tak pernah redup, bahkan di tengah kondisi kesehatan yang kian rapuh.