Blood Moon Maret 2025: Fenomena Langka yang Sayangnya Lewat dari Indonesia

BeritaBandungRaya.com – Gerhana Bulan Total atau yang sering disebut Blood Moon akan kembali menyapa langit pada 13-14 Maret 2025. Namun, sebelum bersiap-siap mengamati peristiwa langka ini, ada satu kabar kurang menyenangkan: Indonesia tidak masuk dalam wilayah yang beruntung untuk menyaksikannya secara langsung.

Mengapa Indonesia Tidak Bisa Menyaksikan Blood Moon 2025?

Gerhana Bulan Total terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi menutupi Bulan sepenuhnya. Berdasarkan data dari NASA dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), gerhana kali ini hanya akan terlihat jelas di beberapa belahan dunia seperti Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa, Afrika, dan Oseania.

Baca Juga: 12 Maret, Hari yang Mengingatkan Kita Akan Dua Hal Penting Ini

Beberapa negara yang berkesempatan menikmati fenomena ini di antaranya:

Amerika Utara: AS, Kanada, Alaska, Hawaii, dan Meksiko.

Amerika Selatan: Brasil, Argentina, dan Chili.

Eropa: Spanyol, Prancis, dan Inggris.

Afrika: Maroko, Senegal, dan wilayah Afrika Barat.

Oseania: Selandia Baru.

Sementara itu, Indonesia hanya mungkin menyaksikan gerhana dalam fase sebagian, itu pun dalam waktu yang sangat singkat dan bergantung pada kondisi cuaca.

Baca Juga: Apakah Indonesia Akan Mengalami Gerhana Bulan Total 13-14 Maret 2025? Ini Dampak dan Penjelasan dari Para Ahli Astronomi!

Dampak Gerhana Bulan Total bagi Indonesia

Meski tidak bisa melihatnya langsung, bukan berarti Blood Moon Maret 2025 tidak berdampak pada Indonesia. Berikut beberapa efek yang mungkin terjadi:

Pasang Air Laut Meninggi
Gravitasi Bulan yang semakin kuat saat gerhana bisa menyebabkan pasang air laut lebih tinggi dari biasanya. Ini berpotensi memicu banjir rob di beberapa wilayah pesisir, terutama di utara Pulau Jawa, Sumatra, dan Kalimantan.

Cuaca Bisa Lebih Ekstrem
Meskipun tidak selalu terjadi, beberapa fenomena astronomi sering dikaitkan dengan perubahan pola cuaca. Beberapa daerah mungkin mengalami peningkatan kelembapan udara, yang bisa berujung pada hujan lebih deras dari biasanya.

Gangguan pada Satelit dan Komunikasi
Perubahan radiasi Matahari yang mengenai atmosfer Bumi selama gerhana juga bisa sedikit memengaruhi satelit komunikasi dan navigasi. Meskipun dampaknya kecil, para ilmuwan tetap melakukan pemantauan untuk memastikan sistem komunikasi global tetap berjalan lancar.