BeritaBandungRaya.com — Kabar membanggakan datang dari dunia mahasiswa! Fifi Fauzia Rohmah, mahasiswi Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Sastra, Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI) Bandung, berhasil terpilih sebagai Project Director dalam program volunteer nasional bertajuk Passion: Paras Action Vol.2 Bali yang diselenggarakan oleh Pilar Generasi Emas Indonesia (Paras Indonesia).
Tak hanya membawa nama baik kampusnya, Fifi juga mewakili Kabupaten Tangerang dan Provinsi Banten di kancah nasional. Kegiatan pengabdian masyarakat ini berlangsung pada 10–17 April 2025 di Desa Wanagiri, Kabupaten Buleleng, Bali.
Paras Indonesia merupakan lembaga swadaya masyarakat yang hadir sebagai ruang pemberdayaan pemuda melalui aksi sosial nyata, khususnya di daerah 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal). Fokus utamanya mencakup bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan, pariwisata, ekonomi kreatif, hingga media kreatif. Gerakan ini turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) secara global.
BACA JUGA: KAI Bandara Pertegas Komitmen di Hari Bumi 2025: Langkah Nyata Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Organisasi ini didirikan oleh dua intelektual muda Indonesia dan telah diresmikan di tiga negara: Singapura, Malaysia, dan Thailand. Paras Indonesia hadir bukan sekadar sebagai lembaga, melainkan sebagai gerakan perubahan menuju visi Indonesia Emas 2045.
“Untuk kegiatan Passion Vol.2 Bali ini, kami mempercayakan sepenuhnya kepada Fifi sebagai Project Director. Ini bukan sekadar program kerja, tetapi wujud penuh kepercayaan kami kepadanya. Program ini tak hanya soal ekspedisi, tetapi tentang nilai, semangat pengabdian, dan esensi volunteerism yang harus dititipkan langsung kepada masyarakat Desa Wanagiri,” ujar Muh. Farid, S.Pd., salah satu Founder Paras Indonesia, Senin (10/04/2025).
Perjalanan Fifi menuju posisi Project Director tentu tidak instan. Dari ratusan pendaftar se-Indonesia, ia berhasil lolos melalui proses seleksi ketat, mulai dari seleksi berkas, wawancara, hingga sesi studi kasus.
“Yang paling bikin deg-degan itu sesi studi kasus via Zoom, sekitar satu jam. Saya harus mempresentasikan keseluruhan konsep program kerja yang saya rancang—mulai dari identifikasi isu, strategi pemberdayaan masyarakat, hingga teknis pelaksanaan di lapangan. Momen itu benar-benar menguji kemampuan berpikir kritis, kepemimpinan, dan ketahanan mental saya,” ungkap Fifi, Kamis (26/10/2024).
Pada sesi tersebut, para peserta diminta merumuskan strategi pemberdayaan sekaligus solusi dari berbagai tantangan di Desa Wanagiri. Bagi Fifi, tahapan ini bukan sekadar seleksi, melainkan bekal penting yang menentukan arah program nyata selama pengabdian berlangsung.