BeritaBandungRaya.com — Presiden Joko Widodo akhirnya mengambil sikap tegas terhadap polemik tuduhan ijazah palsu yang kembali bergulir di ruang publik. Setelah bertahun-tahun memilih diam, kini Jokowi melalui tim kuasa hukumnya sedang merampungkan rencana pelaporan terhadap empat individu yang dianggap menyebarkan narasi fitnah terkait keabsahan ijazahnya dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Langkah ini menandai titik balik dari sikap pasif menjadi reaktif, seiring dengan eskalasi isu yang dianggap telah melewati batas kewajaran. Presiden ketujuh RI itu bahkan rela terbang dari Solo ke Jakarta khusus untuk menemui tim hukumnya di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (22/4/2025) sore lalu.
Meski nama-nama empat orang yang akan dilaporkan belum diungkap secara resmi, namun publik mulai bertanya-tanya: siapa saja mereka? Apa latar belakang mereka? Dan seberapa besar peran mereka dalam menyebarkan narasi soal dugaan ijazah palsu Jokowi?
Kuasa hukum Jokowi, Yakup Hasibuan, mengungkapkan bahwa timnya telah mengantongi berbagai dokumen serta bukti kuat terkait dugaan tindak pidana yang dilakukan keempat sosok tersebut. Ia menyebut bahwa proses persiapan sudah hampir rampung, tinggal menunggu instruksi langsung dari Jokowi.
BACA JUGA: Profil Mbok Yem: Potret Keteguhan di Puncak Lawu yang Kini Tinggal Kenangan
“Kami percaya ada unsur pidananya. Saat ini ada empat orang yang sudah kami identifikasi dan kami siapkan pelaporan hukumnya,” kata Yakup di Jakarta, Selasa (22/4/2025).
Namun, siapa sebenarnya mereka? Hingga kini, pihak kuasa hukum masih merahasiakan identitas keempat individu tersebut. Hal ini mengundang spekulasi publik, termasuk menyangkut kemungkinan keterlibatan sejumlah figur yang selama ini vokal mempertanyakan keabsahan ijazah Jokowi.
Salah satu nama yang sempat mencuat adalah Bambang Tri Mulyono, penulis buku kontroversial “Jokowi Undercover”, yang beberapa tahun lalu menggugat keabsahan dokumen akademik Jokowi ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Meski gugatan tersebut ditolak karena tidak berdasar, Bambang tetap dikenal sebagai pengkritik keras Presiden.
Selain Bambang, ada pula Muhammad Taufik, seorang pengacara asal Solo yang juga pernah melayangkan gugatan serupa. Meski tak lagi aktif bersuara, namanya tetap disebut-sebut dalam sejumlah diskusi daring tentang isu ini.
Belakangan, muncul pula nama Rismon Hasiholan Sianipar, mantan dosen Universitas Mataram, yang mempertanyakan keaslian font pada lembar pengesahan skripsi Jokowi. Ia mengklaim font Times New Roman belum digunakan pada era 1980-an, yang lantas memicu perdebatan akademik di media sosial.