BeritaBandungRaya.com – Sejumlah kasus keracunan makanan yang terjadi dalam pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di beberapa daerah seperti Cianjur, Bogor, Tasikmalaya, Batang, hingga Sumatera Selatan mendapat perhatian serius dari Badan Gizi Nasional (BGN).
Dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI, Kepala BGN Dadan Hindayana mengungkapkan beberapa faktor penyebab insiden tersebut. Salah satu yang paling krusial adalah kualitas bahan baku yang tidak layak konsumsi.
“Kami temukan ada bahan yang digunakan sudah tidak segar. Oleh karena itu, kami perketat pemilihan bahan, dan seluruh SPPG (Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi) wajib menggunakan bahan baku segar,” ujar Dadan.
BACA JUGA: Gempa Magnitudo 6,3 Guncang Seluma Bengkulu, BMKG Pastikan Tak Timbulkan Tsunami
Penyebab Lain: Proses Memasak dan Keterlambatan Konsumsi
Selain bahan, proses memasak yang terlalu lama juga disebut sebagai salah satu penyebab. Dadan menjelaskan bahwa waktu antara proses memasak dengan penyajian di sekolah harus dipersingkat agar makanan tetap layak dikonsumsi.
Ada pula kasus seperti di Batang, di mana makanan dikonsumsi terlambat karena adanya kegiatan sekolah, yang membuat makanan sudah tidak dalam kondisi ideal.
Standar Baru dan Pelatihan Berkala
Menanggapi kejadian tersebut, BGN menerapkan uji organoleptik sebagai standar pengecekan awal—meliputi tampilan, aroma, rasa, hingga tekstur makanan. Jika ditemukan indikasi makanan tidak layak, menunya wajib diganti.
Dadan menambahkan, insiden justru banyak terjadi di dapur layanan yang sudah beroperasi beberapa bulan. Oleh karena itu, kini dilakukan pelatihan ulang setiap dua bulan untuk para penjamah makanan, bekerja sama dengan Dinas Kesehatan dan ahli pangan.