BeritaBandungRaya.com – Setiap orang tua pasti punya impian yang sama, yaitu menyekolahkan anak hingga ke jenjang tertinggi dan membuka jalan ke masa depan yang cerah. Tapi, seiring waktu, biaya pendidikan terus merangkak naik, dan mimpi itu bisa terasa semakin berat jika tak dipersiapkan sejak dini.
Menurut berbagai survei, biaya pendidikan di Indonesia meningkat 10% hingga 15% tiap tahun. Bayangkan, biaya masuk universitas yang kini Rp100 juta bisa melonjak dua kali lipat hanya dalam satu dekade. Jadi, menabung saja tak cukup — dibutuhkan strategi yang lebih jitu: investasi.
Tiga instrumen investasi yang sering dibahas orang tua zaman sekarang adalah saham, obligasi, dan reksa dana. Masing-masing punya keunggulan dan risiko, dan memahami karakteristiknya adalah langkah awal yang penting.
Saham cocok untuk yang berani ambil risiko demi hasil tinggi. Investasi ini memberikan imbal hasil besar dalam jangka panjang, tapi nilai saham bisa naik-turun tajam. Cocok untuk dana pendidikan yang dibutuhkan di atas 5-10 tahun mendatang.
Obligasi adalah pilihan untuk yang ingin lebih tenang. Karena menawarkan penghasilan rutin lewat kupon dan nilai pokok yang dikembalikan saat jatuh tempo, obligasi — terutama yang diterbitkan pemerintah — lebih aman dibanding saham, meski keuntungannya tak sebesar itu.
Lalu ada reksa dana, favorit para pemula. Modalnya bisa kecil, dan pengelolaannya diserahkan pada profesional. Tinggal pilih jenis reksa dana sesuai jangka waktu dan profil risiko: pasar uang, pendapatan tetap, campuran, atau saham.
Strategi cerdas adalah mengombinasikan ketiganya. Saat anak masih balita, bisa lebih banyak dialokasikan ke saham. Mendekati usia masuk sekolah, perlahan alihkan ke reksa dana atau obligasi agar lebih stabil. Evaluasi portofolio tiap tahun juga penting — jangan biarkan investasi jalan sendiri tanpa pengawasan.