BeritaBandungRaya.com – Malam 1 Suro selalu hadir dengan nuansa yang berbeda dalam kehidupan masyarakat Jawa. Di balik gelapnya malam yang jatuh menjelang awal bulan Suro, tersimpan beragam nilai spiritual, tradisi luhur, hingga warisan budaya yang masih dijaga secara turun-temurun.
Dalam tradisi Jawa, malam 1 Suro dianggap sebagai malam sakral di mana dimensi alam gaib diyakini terbuka. Arwah leluhur dipercaya kembali ke rumah, dan makhluk halus berkeliaran. Oleh sebab itu, malam ini dihormati dengan berbagai pantangan. Tidak sedikit masyarakat memilih tidak bepergian jauh, menunda pindahan rumah, hingga menghindari keramaian demi menjaga keselamatan dan ketenangan batin.
Namun makna malam 1 Suro tidak hanya bersandar pada aspek mistis. Dalam konteks Islam, malam 1 Suro identik dengan malam 1 Muharram, yaitu awal Tahun Baru Hijriah. Dalam buku Tradisi Ziarah Makam Sunan Gunung Jati, disebutkan bahwa perayaan malam Suro menjadi simbol peringatan atas peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Sebuah momen bersejarah yang merefleksikan semangat perjuangan dan spiritualitas.
Sementara itu, Buya Yahya dalam sebuah ceramah menyebut bahwa tidak ada istilah bulan sial dalam Islam. Semua bulan memiliki keistimewaannya masing-masing. Muharram bahkan termasuk dalam deretan empat bulan haram yang dimuliakan Allah SWT. Oleh karena itu, memperbanyak amal seperti puasa sunah sangat dianjurkan pada bulan ini.
BACA JUGA: Kapan Malam 1 Suro 2025? Simak Tanggal Versi Kemenag dan NU Beserta Weton dan Wuku Lengkap