Doa Awal Tahun Hijriyah: Tahun Baru yang Mengingatkan Kita untuk Tidak Terburu-buru

BeritaBandungRaya.comKetika dunia bergerak semakin cepat dengan rutinitas tanpa jeda, pergantian tahun Hijriyah hadir sebagai momentum langka yang justru mengajak umat Islam untuk memperlambat langkah dan merenung. Berbeda dengan perayaan tahun baru masehi yang identik dengan euforia dan pesta, tahun baru Islam dimulai dengan keheningan dan doa.

Bagi umat Islam, 1 Muharram bukan sekadar pergantian tanggal dalam kalender. Ia adalah panggilan untuk mengevaluasi perjalanan hidup dan mempersiapkan masa depan dengan semangat hijrah: berpindah dari keburukan menuju kebaikan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
(QS. Al-Hasyr: 18)

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

BACA JUGA: Doa Akhir Tahun dan Awal Tahun Hijriyah: Saatnya Muhasabah dan Memulai dengan Doa

Doa: Warisan Hening yang Tetap Relevan

Di tengah era digital dan budaya instan, membaca doa akhir dan awal tahun adalah warisan spiritual yang tetap terjaga. Ia tidak hanya menjadi simbol kesalehan pribadi, tetapi juga menjadi ruang kontemplatif untuk menyucikan kembali niat hidup.

Doa Akhir Tahun Hijriyah

Dibaca sebelum Maghrib pada hari terakhir Dzulhijjah. Doa ini merupakan bentuk permohonan ampun atas kesalahan yang dilakukan selama satu tahun terakhir.

Teks Arab:

اللّٰهُمَّ مَا عَمِلْتُ مِنْ عَمَلٍ فِي هٰذِهِ السَّنَةِ مَا نَهَيْتَنِي عَنْهُ وَلَمْ أَتُبْ مِنْهُ، وَحَلُمْتَ فِيْهَا عَلَيَّ بِفَضْلِكَ بَعْدَ قُدْرَتِكَ عَلَىٰ عُقُوْبَتِي، وَدَعَوْتَنِيْ إِلَى التَّوْبَةِ مِنْ بَعْدِ جَرَاءَتِي عَلَىٰ مَعْصِيَتِكَ، فَإِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ فَاغْفِرْ لِي، وَمَا عَمِلْتُ فِيْهَا مِمَّا تَرْضَىٰ وَوَعَدْتَنِي عَلَيْهِ الثَّوَابَ، فَأَسْأَلُكَ أَنْ تَتَقَبَّلَهُ مِنِّي، وَلَا تَقْطَعْ رَجَائِيْ مِنْكَ يَا كَرِيْمُ

Latin:

Allâhumma mâ ‘amiltu min ‘amalin fî hâdzihis sanati mâ nahaitanî ‘anhu, wa lam atub minhu, wa hamalta fîhâ ‘alayya bi fadhlika ba’da qudratika ‘alâ ‘uqûbatî, wa da’autanî ilat taubati min ba’di jarâ’atî ‘alâ ma’shiyatik. Fa innî astaghfiruka faghfirlî, wa mâ ‘amiltu fîhâ mimmâ tardhâ, wa wa‘adtanî ‘alaihits-tsawâba, fa as’aluka an tataqabbalahu minnî wa lâ taqtha‘ rajâ’î minka yâ Karîm.

Artinya:

Tuhanku, aku memohon ampun atas segala perbuatanku di tahun ini yang Kau larang, namun belum sempat aku tobati. Kau masih memberi ampun dengan rahmat-Mu, padahal Kau mampu menyiksaku. Kau juga telah menyeruku untuk bertobat, namun aku tetap menerjang larangan-Mu. Maka aku mohon ampun, ampunilah aku. Dan atas semua amal baik yang telah aku lakukan dan yang Kau janjikan pahala, aku memohon agar Engkau menerimanya. Jangan putuskan harapanku kepada-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Pemurah.