BeritaBandungRaya.com – Otoritas keamanan Amerika Serikat tengah mengawasi operasi intelijen yang disebut tidak lazim, setelah muncul laporan bahwa China dan Rusia mengirim agen perempuan ke Silicon Valley untuk merayu dan menjebak para eksekutif teknologi demi mencuri rahasia industri.
Laporan investigatif The Times dan New York Post mengungkap operasi ini dijuluki sebagai “sex war” oleh sejumlah pejabat kontra intelijen AS. Para agen dikabarkan berpenampilan menarik, berpendidikan tinggi, dan menyusup ke lingkungan bisnis melalui jejaring profesional seperti LinkedIn, kompetisi startup, hingga forum investasi internasional.
BACA JUGA : Perang Thailand vs Kamboja, Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Modus Operasi: Dari Networking hingga Pernikahan
Salah satu pola yang terungkap adalah infiltrasi jangka panjang melalui pendekatan personal. Beberapa eksekutif disebut telah menjalin hubungan romantis bahkan menikah dengan perempuan yang ternyata berstatus agen intelijen.
“Saya menerima begitu banyak permintaan koneksi LinkedIn dari perempuan muda asal China yang sangat menarik dan profesional. Aktivitas ini meningkat tajam belakangan ini,” ungkap James Mulvenon, Kepala Intelijen di Pamir Consulting.
Menurut laporan, sejumlah agen juga mencoba menyusup ke konferensi bisnis strategis, seperti yang terjadi di Virginia, ketika dua perempuan asal China ditolak masuk karena dicurigai memiliki tujuan selain bisnis.
Kasus serupa juga ditemukan pada seorang wanita asal Rusia yang bekerja di perusahaan kedirgantaraan AS dan menikah dengan rekannya. “Dia dulunya model, lalu tiba-tiba muncul sebagai pakar kripto. Setelah itu mencoba masuk ke sektor militer dan antariksa. Suaminya tak sadar kalau mungkin dia menikah dengan agen intelijen,” kata seorang mantan pejabat kontra intelijen AS.






