BeritaBandungRaya.com – Rangkaian hujan ekstrem yang mengguyur pesisir barat Sumatra dalam beberapa hari terakhir memicu bencana besar di tiga provinsi: Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Hingga Jumat (28/11), jumlah korban meninggal dunia telah mencapai setidaknya 127 orang, sementara puluhan lainnya masih dilaporkan hilang.
Banjir dan longsor merusak ribuan rumah, memutus jalur transportasi, menenggelamkan fasilitas umum, dan memaksa ribuan warga mengungsi. Kondisi terparah terjadi di kawasan pesisir dan daerah yang berada di sepanjang aliran sungai besar.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut rangkaian hujan ekstrem ini berkaitan erat dengan Siklon Senyar, fenomena langka yang terbentuk di wilayah dekat garis khatulistiwa.
BACA JUGA: Polres Inhil Gagalkan Penyelundupan 19 Kg Sabu di Perairan Riau, Dua Kurir Ditangkap
Fenomena Langka: Siklon Senyar dan Dampaknya
Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Erma Yulihastin, menyebut Siklon Senyar sebagai peristiwa hampir tidak pernah terjadi di wilayah khatulistiwa. Namun suhu permukaan laut yang semakin panas diduga membuka jalan bagi pembentukan vortex dan sistem badai di Selat Malaka.
Menurut catatan BMKG dan BRIN:
- Curah hujan di pesisir barat Sumatra pada 23 November mencapai 160 mm/hari
- Pada 24 November, melonjak menjadi 226 mm/hari
- Ketika siklon mencapai fase matang pada 26 November, hujan harian di Aceh menembus 300 mm/hari
- Di Tapanuli Tengah dan Sibolga, akumulasi hujan selama empat hari mencapai 800 mm
Erma menjelaskan bahwa angin baratan dari Samudra Hindia membawa massa awan tebal menuju Sumatra, namun tertahan oleh jajaran Bukit Barisan yang menyebabkan hujan turun di lokasi yang sama secara terus menerus.
“Kalau dalam satu hari saja hujan menembus 100 mm sudah termasuk ekstrem. Di beberapa wilayah justru mencapai tiga kali lipat,” ujarnya.











