Ia menambahkan, peserta pawai berasal dari seluruh kecamatan, OPD, dan BUMD di Kota Bandung. Tahun ini, Pemkot tidak mengundang peserta dari luar daerah untuk menjaga kelancaran arus lalu lintas.
“Bandung belakangan ini padat sekali, jadi untuk menghindari kemacetan dan penumpukan, kami batasi pesertanya dari dalam kota saja,” katanya.
Puncak Perayaan di Lapangan Tegallega
Selain pawai, Lapangan Tegallega juga akan menjadi pusat kegiatan hiburan rakyat sejak pukul 13.00 WIB hingga malam. Warga bisa menikmati pameran UMKM, kuliner lokal, serta konser musik gratis yang menghadirkan deretan musisi ternama seperti Gigi Band, Pas Band, Kuburan Band, Tikul X Musisi Bandung Pisan, dan Pemuda Pemandu Lagu X Givani Gumilang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Bandung, Adi Junjunan Mustafa, menyebutkan, pawai malam ini diperkirakan akan menarik lebih banyak pengunjung dibanding Asia Africa Festival beberapa waktu lalu.
“Rutenya panjang dan dilaksanakan malam hari, jadi kami perkirakan penontonnya bisa mencapai puluhan ribu orang,” ujarnya.
Ia menilai, pawai kendaraan hias ini bukan hanya pesta rakyat, tetapi juga strategi promosi pariwisata yang berdampak pada peningkatan okupansi hotel dan sektor kuliner. “Event seperti ini selalu membawa efek ekonomi positif bagi Bandung,” tambahnya.
Pawai Bercahaya dan Makna di Baliknya
Dalam perayaan kali ini, setiap kendaraan hias akan menampilkan tema-tema yang merefleksikan identitas Bandung, mulai dari sejarah kota, budaya Sunda, hingga inovasi dan keberlanjutan lingkungan. Semua kendaraan dihiasi lampu warna-warni dan ornamen khas Bandung, menggambarkan semangat kota yang kreatif, kolaboratif, dan adaptif.







