Vaksin ini diuji coba di negara-negara dengan beban TBC tinggi seperti Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi. Indonesia sendiri menjadi lokasi penting dalam uji klinis karena mencatatkan kasus TBC terbanyak kedua di dunia setelah India, dengan lebih dari 100.000 kematian setiap tahun akibat penyakit tersebut.
Kominfo melalui kanal resminya menegaskan bahwa narasi yang menyebut relawan uji klinis vaksin akan menerima bansos adalah disinformasi. Tim Anti Hoaks dari Antara News juga telah membantah isi unggahan tersebut dan menyatakan bahwa tidak ada bukti sahih yang mendukung klaim tersebut.
Lebih lanjut, program uji klinis vaksin TBC M72 ini dijalankan dengan pengawasan ketat dan mengikuti standar etika medis yang berlaku. Partisipasi relawan didasarkan atas kesukarelaan, bukan karena adanya insentif keuangan seperti bansos. Tidak ada informasi dari Bill & Melinda Gates Foundation, Bio Farma, atau pemerintah Indonesia yang menyebut soal pemberian dana Rp150 ribu kepada peserta.
Salah satu alasan Indonesia dilibatkan dalam program ini adalah karena tingginya angka kasus TBC di Tanah Air. Dengan bergabung dalam uji klinis, Indonesia memiliki kesempatan lebih besar untuk mendapatkan akses awal terhadap vaksin yang efektif, serta peluang untuk memproduksinya secara mandiri di masa depan melalui Bio Farma.
Uji klinis ini juga menjadi bagian dari upaya global mengatasi epidemi TBC yang hingga kini masih menjadi penyebab kematian utama akibat penyakit menular. Keberhasilan uji coba ini diharapkan bisa mempercepat upaya penanggulangan TBC secara global, termasuk di Indonesia.