-
Anggaran produksi sekitar Rp6,7 miliar yang dinilai tidak sebanding dengan kualitas visual.
-
Proses pengerjaan super cepat, kabarnya kurang dari satu bulan.
-
Dugaan penggunaan aset 3D impor dalam animasi.
-
Kritik dari sineas, termasuk Hanung Bramantyo, yang menyinggung soal slot tayang strategis film ini.
Dengan pembatalan mendadak ini, drama seputar Merah Putih: One For All memasuki babak baru. Pertanyaan yang muncul kini: apakah ini benar-benar akhir perjalanan film yang penuh sorotan ini, atau justru awal dari cerita panjang lain di balik layar industri animasi Indonesia?***