Iendra menekankan bahwa Jawa Barat memiliki infrastruktur perkeretaapian terlengkap di Indonesia—mulai dari kereta reguler, KRL, hingga Kereta Wisata Panoramic. “Dari Bandung ke Garut, Tasikmalaya, hingga Cirebon, semua bisa jadi rute unggulan. Ini bukan hanya perjalanan, tapi pengalaman,” tegasnya.
ASITA: Kembalikan Masa Keemasan Jalur Selatan
Ketua DPD Asita Jawa Barat Daniel G. Nugraha menyebut jalur Garut–Tasikmalaya dulunya merupakan rute favorit wisatawan Eropa dan Malaysia pada era 1990–2000-an.
“Dulu wisatawan dari Eropa selalu singgah di Garut dan Tasik. Sekarang kami ingin menghidupkannya kembali,” kata Daniel.
Ia menjelaskan, wisata berkereta masih menjadi daya tarik utama wisatawan mancanegara. “Sekitar 90 persen wisatawan Eropa yang datang ke Jawa Barat pasti menggunakan kereta api. Wisatawan Malaysia pun rata-rata naik kereta menuju Bandung,” ujarnya.
Daniel berharap, melalui revitalisasi jalur ini, Garut dan Tasikmalaya dapat menjadi destinasi menginap, bukan sekadar lintasan. “Semakin lama wisatawan tinggal, semakin besar perputaran ekonomi di daerah. Kami ingin lama tinggal meningkat dari rata-rata tiga hari menjadi tujuh hari,” jelasnya.
ASITA juga telah mempertemukan agen perjalanan dari luar Jawa dengan pelaku wisata lokal Tasik dan Garut untuk menyiapkan paket wisata tematik berbasis kereta api. “Dengan dukungan pemerintah provinsi dan daerah, kami optimistis jalur wisata selatan ini akan kembali bergairah,” pungkas Daniel.
Baca Juga: Milestone 215 Tahun Kota Bandung: Dari Cikapundung ke Kota Kreatif Dunia
Tasikmalaya, Pusat Wisata Priangan Timur
Wakil Wali Kota Tasikmalaya Dicky Candra menilai kotanya memiliki posisi strategis sebagai episentrum kegiatan ekonomi dan pariwisata di wilayah Priangan Timur.
“Tasik itu pusat kegiatan wilayah timur, jadi harus menjadi payung bagi potensi wisata Garut, Ciamis, hingga Pangandaran,” ujar Dicky.











