Guterres menyoroti bahwa dunia tengah menghadapi tahun-tahun terpanas yang pernah tercatat dalam sejarah. Fenomena seperti kebakaran hutan, badai ekstrem, dan kekeringan semakin sering terjadi akibat perubahan iklim yang dipicu oleh aktivitas manusia. Salah satu penyebab utama adalah ketergantungan pada bahan bakar fosil yang mencemari lingkungan.
“Beralih dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan adalah langkah penting yang menjanjikan kehidupan yang lebih sehat, hemat biaya, dan lebih aman bagi kita semua,” tegasnya.
Partisipasi Indonesia dalam Earth Hour 2025
Di Indonesia, Earth Hour telah menjadi gerakan tahunan yang didukung oleh berbagai kota dan provinsi. Tahun ini, setidaknya 20 daerah dipastikan turut serta, di antaranya Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Bali, Makassar, dan Jayapura. Selain mematikan lampu, masyarakat juga diajak untuk melakukan aksi nyata lainnya, seperti mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menanam pohon, serta beralih ke energi ramah lingkungan.
CEO Yayasan WWF Indonesia, Aditya Bayunanda, menambahkan bahwa Earth Hour tahun ini bertepatan dengan 10 hari terakhir bulan Ramadan, yang menjadi momen refleksi bagi umat Muslim. “Ini adalah waktu yang tepat untuk merenungkan peran kita dalam menjaga kelestarian alam dan bertindak lebih bijaksana dalam penggunaan sumber daya,” katanya.
BACA JUGA: Switch Lab: Inovasi di Industri Vape, Alternatif Rokok Konvensional yang Semakin Diminati
Hour Bank: Cara Kreatif Berkontribusi untuk Bumi
Selain mematikan lampu, Earth Hour juga menghadirkan konsep “Hour Bank,” yang memungkinkan setiap individu berkontribusi melalui berbagai aktivitas ramah lingkungan sesuai minat mereka. Beberapa ide kegiatan yang bisa dilakukan meliputi memasak makanan berkelanjutan, menonton film dokumenter tentang alam, hingga berjalan-jalan di alam terbuka untuk lebih menghargai keindahan bumi.