Pakar analisis digital menjelaskan bahwa meski kualitas video AI semakin baik, tanda-tanda rekayasa tetap bisa dikenali. Misalnya, gerakan tubuh yang kaku, ekspresi wajah yang tidak sinkron, atau detail pencahayaan yang tidak wajar. “Jika insiden itu nyata, pasti menjadi berita internasional dalam hitungan jam,” tulis Forbes.
Fenomena ini kembali menjadi contoh bagaimana hoaks visual bisa menyebar begitu cepat di era media sosial. Hanya dalam hitungan hari, video “serangan orca” itu sudah ditonton jutaan kali. Banyak orang terjebak karena cerita tersebut mengingatkan pada insiden nyata di masa lalu yang melibatkan pelatih orca.
Salah satunya adalah tragedi pada 2010 di SeaWorld Orlando, saat Dawn Brancheau, pelatih senior, tewas akibat diserang orca bernama Tilikum. Peristiwa ini kemudian diangkat dalam film dokumenter “Blackfish” pada 2013, yang mengungkap sisi gelap industri hiburan laut.
Baca Juga: Hasil Lengkap D’Academy 7 Top 25 Grup 4: 4 Peserta Lolos, 1 Tersenggol
Meski begitu, pakar satwa menegaskan bahwa insiden yang menimpa Dawn tidak bisa dijadikan pembenaran untuk video Jessica Radcliffe. Fakta bahwa tidak ada bukti resmi atau saksi kredibel menjadi tanda jelas bahwa kasus ini hanyalah karangan.
Hindustan Times menambahkan, sebelum era AI, hoaks video biasanya dibuat dengan teknik edit sederhana. Kini, dengan bantuan AI, pembuat konten palsu dapat menghasilkan video yang hampir tak bisa dibedakan dari kenyataan, sehingga tantangan verifikasi semakin besar.
Platform seperti TikTok, Facebook, dan Instagram memang memiliki sistem deteksi konten palsu. Namun, algoritma tersebut belum sepenuhnya efektif mencegah penyebaran masif, apalagi ketika konten sudah viral sebelum ditandai sebagai hoaks.