Fenomena “17+8 Tuntutan Rakyat”: Ketika Influencer Masuk ke Panggung Politik

Tantangan bagi Pemerintah dan DPR

Fenomena ini menandakan bahwa ruang politik kini semakin terbuka bagi aktor non-tradisional. Kehadiran influencer dalam protes memperlihatkan bahwa aspirasi rakyat dapat dimobilisasi bukan hanya lewat orasi di jalan, tetapi juga lewat strategi komunikasi digital yang efektif.

Namun, tantangan terbesar terletak pada tindak lanjut. Publik kini menunggu apakah pemerintah dan DPR benar-benar akan menanggapi “17+8 Tuntutan Rakyat” ini, atau gerakan tersebut hanya akan menjadi simbol perlawanan yang viral sesaat di media sosial.

BACA JUGA: Malam Mencekam di Bandung, Gas Air Mata Tembus Kampus Unisba dan Unpas

Lebih dari Sekadar Viral

“17+8 Tuntutan Rakyat” memperlihatkan sebuah pola baru dalam demokrasi Indonesia: konsolidasi suara publik lintas kelompok dengan memanfaatkan media sosial. Dari mahasiswa hingga buruh, dari aktivis hingga influencer, semuanya bergabung dalam satu narasi.

Bila dijalankan, daftar tuntutan ini berpotensi menjadi tonggak penting reformasi. Namun jika diabaikan, ia tetap akan tercatat sebagai salah satu momentum ketika suara rakyat menemukan bentuk baru—cepat, kolaboratif, dan viral.***