Kekhawatiran Soal Keamanan Data
Meski tampak menjanjikan, sejumlah pengamat keamanan siber mulai memperingatkan soal risiko penyalahgunaan data biometrik. Pakar dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai pemindaian iris memang dapat membantu membedakan manusia asli dari bot, tetapi tetap ada risiko besar jika data tersebut jatuh ke tangan yang salah.
“Kalau badan pengelolanya jahat atau datanya bocor, itu bisa sangat berbahaya,” ujar Alfons.
Meski begitu, ia menambahkan bahwa proses pemindaian yang dijalani cukup transparan dan sistem pengelolaan data telah memenuhi standar keamanan global. Risiko akan selalu ada, namun seharusnya bisa diminimalisir dengan pengawasan ketat dari otoritas.
Masalah Legalitas di Indonesia
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) telah memblokir layanan Worldcoin karena belum terdaftar secara resmi sebagai Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) di Indonesia. Operasi Worldcoin di Bekasi dijalankan oleh dua perusahaan, PT Terang Bulan Abadi (TBA) dan PT Sandina Abadi Nusantara (SAN), namun hanya SAN yang tercatat memiliki izin, sehingga menimbulkan ketidakjelasan status hukum.
Komdigi menyebut pemblokiran dilakukan menyusul laporan aktivitas mencurigakan, dan proses evaluasi lebih lanjut sedang berjalan.
Dugaan Eksploitasi Negara Berkembang
Fenomena ini bukan hanya terjadi di Indonesia. Beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan wilayah Uni Eropa juga telah memperingatkan potensi pelanggaran privasi yang dilakukan oleh proyek Worldcoin. Di Indonesia, ramainya antrean yang didominasi pekerja informal dan warga berpenghasilan rendah menimbulkan dugaan bahwa proyek ini menargetkan negara berkembang sebagai sumber data biometrik.