Laras: Korban Pola Asuh yang Rusak
Laras adalah bayangan dari banyak anak yang tumbuh dalam rumah penuh amarah. Dalam sesi wawancara, Dinda Kanya Dewi mengaku peran Laras membuatnya merenungi dampak dari ucapan dan tindakan orang tua terhadap anak.
“Laras jadi marah pada dunia karena tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang sehat. Dia akhirnya menjadi korban dari siklus pola asuh yang menyakitkan,” ungkap Dinda.
Dinda juga harus menjalani adegan fisik ekstrem: dari kayang dalam kondisi kerasukan, berteriak tanpa henti, hingga menempel di dinding. Namun menurutnya, yang paling menantang justru adegan diam — saat karakter Laras merenungi kepedihannya sendiri.
Ketakutan yang Nyata
Tak hanya aktris utama, aktor muda Sulthan Hamonangan juga membagikan pengalamannya ketika membaca mantra pemanggil arwah dalam salah satu adegan. “Aku sempat nangis pas pintu studio kebuka sendiri. Rasanya kayak bukan cuma akting,” ungkapnya.
Film ini tak main-main dalam menghadirkan atmosfer horor. Ritual santet digambarkan dengan detail menyeramkan, tapi tetap berada dalam konteks narasi yang kuat dan tidak sekadar untuk sensasi.
BACA JUGA: Sinopsis Film Kitab Sijjin dan Illiyyin: Luka, Dendam, dan Teror Ilmu Hitam
Lebih dari Sekadar Film Horor
Kitab Sijjin & Illiyyin tak hanya menakutkan secara visual. Ia menakutkan karena jujur. Karena menyentuh realitas banyak orang — tentang anak-anak yang tumbuh di rumah penuh kekerasan verbal, tentang trauma yang diwariskan, tentang bagaimana dendam bisa tumbuh dari luka yang tak pernah diobati.
Film ini layak ditonton bukan hanya oleh penggemar horor, tetapi oleh siapa pun yang ingin melihat bagaimana luka psikologis bisa menular menjadi horor nyata — bagi diri sendiri dan orang lain.
Tayang 17 Juli 2025. Hanya di bioskop.***