Ini menunjukkan bahwa penanganan dan pencegahan stunting bukan semata menjadi tanggung jawab Kemendukbangga/BKKBN atau pemerintah. Stunting merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan Masyarakat. Kita harus bersama-sama, berkolaborasi melakukan pencegahan stunting,” tandas Dadi.
Mengutip riset terdahulu, Dadi mengungkapkan bahwa pencegahan lebih efektif menurunkan prevalensi stunting. Karena itu, strategi utama BKKBN dalam menurunkan prevalensi stunting adalah dengan optimalisasi pencegahan, dimulai skrining calon ibu agar bayi yang dilahirkan tidak stunting. Selanjutnya, intervensi kepada ibu hamil dan ibu menyusui hingga anak berusia dua tahun atau 1000 hari pertama kehidupan (HPK).
“Kalau kita mengejar anak yang stunting menjadi tidak stunting, keberhasilannya hanya 20 persen. Namun, dengan mencegah lahirnya bayi stunting baru, keberhasilannya lebih dari 80 persen,” ungkap Dadi.
Nah, Genting merupakan salah satu upaya Kemendukbangga untuk mencegah kemunculan stunting baru. Gerakan ini diwujudkan dalam bentuk intervensi kepada keluarga rentan stunting berupa pemberian bantuan sesuai kebutuhan keluarga yang bersangkutan.
BACA JUGA: Link Live Streaming Hafiz Indonesia 2025: Saksikan Live Streaming Babak Top 10 Hari Ini!
Bantuan tersebut bersumber dari donasi atau bantuan masyarakat yang bersedia menjadi orang tua asuh. Dalam hal ini, selain mencegah stunting, BKKBN juga berupaya menggerakkan masyarakat untuk ikut berperan aktif dalam pencegahan stunting.
Lebih jauh Dadi menjelaskan, Genting merupakan salah satu dari lima inisiatif percepatan capaian program (quick wins) yang dicanangkan Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji. Di Jawa Barat, Genting menargetkan bisa menyasar 207 juta anak stunting. Secara nasional, Genting menargetkan bisa menyasar 1 juta anak.