BeritaBandungRaya.com – Bagi warga Bandung, nama GOR Saparua sudah tidak asing lagi. Terletak di Jalan Ambon No. 9, gelanggang olahraga serbaguna ini bukan hanya tempat berolahraga, tetapi juga menjadi ruang publik yang lekat dengan sejarah, komunitas, dan gaya hidup warga kota kembang.
Dikenal sejak era 1990-an, GOR Saparua Bandung awalnya populer sebagai tempat pertandingan bulu tangkis dan basket. Namun seiring waktu, areanya berkembang menjadi salah satu titik kumpul favorit warga untuk joging, senam, hingga bermain sepatu roda. Suasana rindang dengan udara sejuk khas Bandung membuat tempat ini tetap ramai, bahkan di tengah hiruk-pikuk pusat kota.
BACA JUGA : Seru! Tri dan Kuburan Band Hadirkan ‘Volley Tawa’ di SMKN 5 Bandung, Dekatkan Diri ke Generasi Muda
Ruang Publik Terbuka untuk Semua
Salah satu daya tarik utama GOR Saparua adalah aksesnya yang gratis. Siapa pun dapat masuk dan menikmati fasilitas olahraga tanpa biaya, baik di pagi maupun sore hari.
Dilansir dari laman resmi Dispora Jabar, area ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas memadai, antara lain:
- 
Lahan parkir luas untuk mobil dan motor 
- 
Toilet umum yang bersih 
- 
Lapangan basket dan bulu tangkis indoor 
- 
Trek joging beralaskan tanah merah 
- 
Bar calisthenics untuk latihan fisik outdoor 
- 
Arena sepatu roda yang cukup luas 
Dengan kapasitas hingga 4.000 orang, GOR Saparua menjadi salah satu gelanggang olahraga terbesar dan paling aktif di Kota Bandung.
Lebih dari Sekadar Tempat Olahraga
Tak hanya untuk berolahraga, kawasan sekitar GOR Saparua kini berkembang menjadi ruang rekreasi keluarga. Di sekitarnya terdapat toko pakaian, kafe, hingga deretan street food yang menjajakan kuliner khas Bandung.
Pada akhir pekan, kawasan ini berubah menjadi tempat berkumpul komunitas, mulai dari komunitas sepeda, lari, hingga senam aerobik. Beberapa pengunjung datang hanya untuk menikmati suasana santai atau berjalan sore bersama keluarga.
“Kalau pagi-pagi ke sini, udaranya masih segar banget. Banyak yang lari, senam, sampai yang cuma nongkrong sambil ngopi,” ujar salah satu pengunjung, Dimas (28), warga Dago.

 
 
																						








