BeritaBandungRaya.com – Harga emas dunia kembali tertekan tajam setelah sempat mencetak rekor sepanjang masa bulan lalu. Perdagangan Selasa, 13 Mei 2025, menunjukkan logam mulia kehilangan daya tariknya seiring investor global mulai melepas aset safe haven dan beralih ke instrumen berisiko. Faktor pendorong utamanya datang dari sentimen positif atas kesepakatan pengurangan tarif sementara antara Amerika Serikat dan China.
Harga emas spot anjlok 3 persen ke level USD 3.225,28 per troy ons. Penurunan ini cukup signifikan jika dibandingkan posisi puncaknya di USD 3.500,05 yang tercapai bulan lalu. Kabar ini membuat pelaku pasar mulai berhitung ulang terhadap posisi emas sebagai aset lindung nilai utama dalam portofolio mereka.
Kepala analis BullionVault, Adrian Ash, menyebut bahwa antusiasme emas yang sempat membuncah karena ketidakpastian politik dan ekonomi kini mulai mereda. Menurutnya, pasar sudah memasuki fase optimisme baru sehingga tekanan terhadap harga emas dalam jangka pendek menjadi hal yang tidak bisa dihindari.
Kesepakatan terbaru antara AS dan China membawa angin segar bagi pelaku pasar. Dalam pengumumannya, tarif tambahan yang dikenakan AS terhadap produk China akan dipangkas menjadi 30 persen dari sebelumnya 145 persen. Sebaliknya, tarif China atas barang-barang dari AS turun ke level 10 persen dari sebelumnya 125 persen. Kebijakan ini akan berlaku selama 90 hari ke depan.
Penguatan dolar AS yang terjadi bersamaan dengan penguatan saham global juga turut menekan harga emas. Dolar yang lebih kuat cenderung membuat emas menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri, sehingga permintaan emas pun melemah secara global.
