“Keluarga bukan hanya tempat berlimbung, tetapi tempat pertama dan utama anak anak kita. Belajar cinta, tanggung jawab, etika dan harapan. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) terus mendorong integrasi program lintas sektor. Sektor pendidikan, kesehatan, pangan, dan sosial. Semuanya bertumpu pada penguatan institusi keluarga,” tandas Erwan.
“Saya sebagai ketua TPPS Provinsi Jawa Barat menegaskan bahwa penanganan stunting bukan semata soal gizi, tapi soal ketahanan keluarga. Stunting adalah indikator rapuhnya ekosistem pembangunan manusia.Karena itu, stunting menjadi alarm bagi kita semua bahwa ada yang harus diperbaiki dalam pola asuh, sanitasi, pelayanan dasar hingga kesadaran keluarga dalam merencanakan kehidupan,” sambung Erwan.
Erwan melaporkan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Jawa Barat mengalami penurunan signifikan, dari 21,7 persen menjadi 15,9 persen. Penurunan 5,8 persen ini menjadi yang tertinggi di Indonesia. Keberhasilan tersebut, sambung Erwan, merupakan buah kerja keras para petugas lini lapangan.
Wagub juga berharap upaya penanganan dan percepatan penurunan stunting bisa dilakukan lebih inovatif. Dalam hal ini, ikhtiar tersebut tidak berhenti sebagai even seremonial saja. Lebih dari itu, menjadi budaya baru dalam pembangunan keluarga di Jawa Barat.
“Hari ini kita menyaksikan bagaimana seluruh elemen-elemen pentahelix, meliputi pemerintah, dunia usaha, akademisi, komunitas dan media bergerak bersama. Kita telah menyaksikan rebranding balai penyuluhan dan perbaikan rutilahu, pameran produk UPPKA, Kirab Mupen hingga penyerahan bantuan untuk keluarga lansia dan KRS. Semua ini menunjukkan bahwa jika semua elemen bekerja bersama, maka Harganas bukan hanya nya peringatan semata. Tetapi menjadi momentum perubahan,” tegas Erwan. ***