BeritaBandungRaya.com – Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh pada 5 Juni 2025 seharusnya menjadi momen refleksi atas krisis lingkungan global. Namun, tahun ini, peringatan tersebut tercoreng oleh kabar menyedihkan dari Raja Ampat, Papua Barat Daya, yang tengah menghadapi ancaman serius dari aktivitas pertambangan nikel.
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengusung tema “Hentikan Polusi Plastik” untuk kampanye tahun ini. Tema tersebut menyerukan aksi global untuk mengatasi krisis plastik yang membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia.
Namun ironisnya, di saat kampanye lingkungan digaungkan, protes keras muncul terhadap aktivitas industri nikel yang mulai merambah kawasan konservasi Raja Ampat, salah satu wilayah dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.
Protes Aktivis dan Warga Raja Ampat
Pada Selasa (3/6), sekelompok aktivis Greenpeace bersama warga Papua melakukan aksi damai saat acara Indonesia Critical Minerals Conference & Expo di Hotel Pullman, Jakarta. Mereka menyuarakan protes terhadap pembukaan tambang nikel di Raja Ampat.
Aksi ini sempat memanas. Para aktivis dibawa keluar paksa dari lokasi acara. Mereka meneriakkan seruan “Save Raja Ampat” sembari membentangkan spanduk bertuliskan “Nickel Mines Destroy Lives” dan “Save Raja Ampat from Nickel Mining”.
Greenpeace Indonesia membenarkan aksi tersebut dalam siaran persnya. Mereka menyebut bahwa Raja Ampat kini menghadapi ancaman yang nyata, setelah sebelumnya tambang nikel telah merusak wilayah seperti Sulawesi, Halmahera, dan Pulau Obi.
“Setidaknya 500 hektare hutan di Raja Ampat telah musnah akibat aktivitas tambang,” ungkap Greenpeace.