Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Raja Ampat Teriakkan “Tolong” di Tengah Ancaman Tambang Nikel

Suara dari Kampung Halaman

Ronisel Mambrasar, pemuda Papua asal Pulau Manyaifun yang tergabung dalam Aliansi Jaga Alam Raja Ampat, turut menyuarakan kegelisahannya.

“Tambang nikel mengancam kehidupan kami. Bukan hanya laut yang rusak, masyarakat juga mulai terpecah dan berkonflik karena kehadiran tambang,” katanya.

Greenpeace mendesak pemerintah untuk menghentikan ekspansi tambang dan meninjau ulang kebijakan hilirisasi nikel yang selama ini dijadikan kebanggaan pembangunan nasional. Mereka menilai, alih-alih menyelamatkan bumi lewat transisi energi, industrialisasi nikel justru memperparah krisis iklim dan merampas hak masyarakat adat.

BACA JUGA: Pemerintah Batalkan Diskon Listrik 50% Juni–Juli, Fokus ke Subsidi Upah dan Bansos

Raja Ampat, Surga yang Terancam

Raja Ampat dikenal sebagai kawasan dengan keanekaragaman hayati luar biasa: 75 persen spesies terumbu karang dunia, lebih dari 2.500 spesies ikan, 47 spesies mamalia, dan 274 spesies burung. Kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark.

Namun, julukan sebagai “surga terakhir di bumi” kini berada di ujung tanduk. Di tengah peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, suara dari Papua bergema lebih lantang: “Selamatkan Raja Ampat!”***