Iran Kecam Keputusan AS Hidupkan Kembali Uji Coba Nuklir: “Langkah Regresif dan Berbahaya”

Instruksi Mengejutkan Trump dari Korea Selatan

Pernyataan kontroversial ini muncul setelah Trump, dalam kunjungannya ke Korea Selatan, mengumumkan melalui platform media sosial Truth Social bahwa ia telah memerintahkan Departemen Pertahanan (yang kini disebut Departemen Perang) untuk segera melanjutkan program uji coba nuklir AS.

“Karena negara-negara lain terus mengembangkan dan menguji program nuklirnya, saya telah menginstruksikan agar kita melakukan hal yang sama. Proses ini akan segera dimulai,” tulis Trump.

Jika benar dilakukan, langkah tersebut akan menjadi uji coba nuklir pertama Amerika Serikat dalam 33 tahun terakhir, sejak penghentian resmi pada 23 September 1992 di Nevada National Security Site, ketika Presiden George H.W. Bush menetapkan moratorium uji coba bawah tanah.

Reaksi Dunia: Dari Kekhawatiran hingga Ancaman Balasan

Langkah Trump langsung memicu gelombang kritik internasional.
Pemerintah China menyerukan agar Amerika Serikat “mematuhi sepenuhnya larangan uji coba nuklir global”, sementara Rusia menegaskan bahwa mereka tidak akan memulai uji coba serupa, tetapi siap menyesuaikan langkah jika Washington benar-benar melanggar komitmen tersebut.

Kremlin dalam pernyataan resminya menyebut, tindakan semacam itu berpotensi mendorong perlombaan senjata baru yang berbahaya bagi dunia pasca-Perang Dingin.

Selain itu, sejumlah analis menilai keputusan ini bisa menggagalkan Traktat Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) yang selama ini menjadi fondasi diplomasi internasional dalam mencegah penyebaran senjata pemusnah massal.