ITB Gelar Studium Generale: Bio Farma Tekankan Pentingnya Multidisplin dalam Industri Farmasi

Soleh Ayubi menekankan bahwa banyak permasalahan besar tidak bisa diselesaikan sendiri, melainkan membutuhkan kolaborasi lintas disiplin dan negara. Dalam industri farmasi, kerja sama ini menjadi kunci dalam mengatasi tantangan global, termasuk dalam pengembangan dan distribusi vaksin. Salah satu contohnya adalah vaksin polio, yang hingga kini masih dibutuhkan di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat.

Bio Farma, melalui kemitraan dengan UNICEF dan Bill & Melinda Gates Foundation, juga telah mendistribusikan 300 juta dosis vaksin polio suntik, dengan total produksi mencapai 1 miliar dosis. “Untuk vaksin polio oral, Bio Farma bahkan menguasai 80-90% pangsa pasar global. Selain itu, Bio Farma juga berperan dalam produksi vaksin COVID-19 melalui kolaborasi dengan mitra internasional,” ungkapnya.

BACA JUGA: Samsung Galaxy A56 5G Resmi Hadir di Indonesia, Tawarkan Kamera Canggih dan Performa Kencang

Soleh Ayubi menambahkan, kemampuan mendefinisikan masalah dengan tepat adalah keterampilan fundamental yang menentukan efektivitas sebuah solusi. Kesalahan dalam tahap ini dapat berujung pada solusi yang tidak tepat sasaran. Prinsip ini juga diterapkan di Bio Farma, di mana pendekatan berbasis data dan kolaborasi lintas disiplin menjadi kunci dalam mengembangkan inovasi di industri farmasi.

Kolaborasi multidisiplin tidak hanya penting dalam pengembangan produk farmasi, tetapi juga dalam meningkatkan efisiensi produksi. Bio Farma terus menerapkan transformasi digital dengan mendorong inisiatif berbasis teknologi mutakhir, seperti machine learning, untuk mengoptimalkan proses produksi. Selain itu, digitalisasi melalui Q100+ dalam aspek kualitas dan kontrol produksi berpotensi menghemat hingga Rp94 miliar, sekaligus memberikan nilai tambah serta meningkatkan efisiensi proses manufaktur.