Saat Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, beliau menemukan bahwa orang Yahudi juga berpuasa pada hari itu dengan alasan berbeda—yakni syukur atas kemenangan Nabi Musa AS. Rasulullah SAW menegaskan bahwa umat Islam lebih berhak untuk menghormati hari tersebut. Namun beliau pun mengajarkan perbedaan dengan menganjurkan puasa pada hari Tasua (9 Muharram) agar tidak sama persis dengan tradisi Yahudi.
Dengan demikian, puasa Asyura bukanlah sekadar meniru tradisi agama lain, melainkan ibadah yang telah lebih dahulu dikenal dalam tradisi Islam. Rasulullah SAW kemudian menyempurnakannya melalui wahyu Allah SWT dengan mengajarkan puasa Tasua dan Asyura sebagai bagian dari syariat yang penuh hikmah.
Bagi umat Islam, puasa Tasua dan Asyura menjadi momen muhasabah diri, mengenang sejarah para nabi, dan memperkuat tekad untuk bertaubat serta mendekatkan diri pada Allah SWT. Umat Islam diharapkan menyambut 4 dan 5 Juli 2025 dengan niat yang tulus, menjaga adab puasa, memperbanyak doa, zikir, dan amal salih.
Pelaksanaan puasa sunnah Tasua dan Asyura juga menjadi bentuk pengamalan sunnah Rasulullah SAW, sekaligus meneguhkan jati diri keislaman yang sarat makna spiritual dan sejarah. Melalui ibadah ini, umat Muslim diajak untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketakwaan, dan meraih ampunan Allah SWT.
BACA JUGA: RSU Hermina Pasteur Hadirkan Lounge Mandiri Inhealth untuk Tingkatkan Kenyamanan Pasien