BeritaBandungRaya.com – Nama John Wick kini telah menjadi simbol dari dunia film aksi modern. Namun di balik adegan tembak-menembak yang koreografis dan visual sinematik yang intens, kisah John Wick sesungguhnya adalah sebuah perjalanan manusia yang bergulat dengan kehilangan, dendam, dan penebusan diri. Dari Chapter 1 hingga Chapter 4, saga ini bukan sekadar tentang peluru dan darah, tetapi tentang seseorang yang terus berjuang keluar dari dunia kekerasan yang pernah menjadi rumahnya.
BACA JUGA : “Ballerina (2025)”: Film Aksi Turunan John Wick Tampilkan Ana de Armas dan Keanu Reeves
Awal Mula: Dari Cinta ke Dendam
John Wick, mantan pembunuh bayaran legendaris, mencoba menjalani kehidupan damai setelah kehilangan istrinya.
Namun ketenangan itu runtuh ketika sekelompok penjahat mencuri mobilnya dan membunuh anjing kesayangannya, Daisy — satu-satunya peninggalan dari mendiang istrinya.
Tragedi kecil ini menjadi pemantik dari amukan besar yang mengguncang dunia bawah tanah internasional. Wick, yang awalnya hanya mencari keadilan pribadi, akhirnya kembali terjerat dalam jaringan kekerasan yang dulu ingin ia tinggalkan.
“It wasn’t just a dog.”
Kalimat ini menjadi simbol emosional perjalanan John Wick: bahwa rasa kehilangan bisa mengubah seseorang sepenuhnya.
Evolusi Cerita: Dari Balas Dendam ke Pemberontakan
Dalam tiga film berikutnya, dunia John Wick berkembang menjadi mikrokosmos kejahatan global, diatur oleh organisasi misterius bernama The High Table.
Setiap bab membawa Wick semakin jauh dari kebebasan yang ia dambakan.












