BeritaBandungRaya.com – Film animasi Indonesia “Jumbo” bukan cuma menghibur, tapi juga mengajak penonton merenung lewat kisah hangat, petualangan magis, dan nilai-nilai persahabatan yang menyentuh.
Di tengah gegap gempita Lebaran 2025, satu film justru hadir dengan ketenangan dan kehangatan: “Jumbo”, film animasi karya Ryan Adriandhy yang berhasil menyita perhatian hingga menembus lebih dari satu juta penonton. Rekor ini menjadikannya sebagai film animasi Indonesia terlaris sepanjang masa—sebuah pencapaian monumental bagi industri kreatif Tanah Air.
Dari Dongeng ke Dunia Arwah
“Jumbo” mengangkat kisah Don, anak yatim piatu berusia 10 tahun yang bertubuh tambun—ciri fisik yang kerap jadi bahan olok-olok. Dipanggil “Jumbo” dengan nada mengejek oleh teman-temannya, Don menyimpan satu harapan: mempersembahkan pentas seni berdasarkan buku dongeng warisan orang tuanya, Pulau Gelembung, lengkap dengan lagu ciptaan sang ibu.
Baca Juga: “Pejamkan Mata, Bayangkan Muka Walid”: Bidaah Viral Gara-Gara Aksi Aneh Sekte Sesat
Bersama dua sahabat sejatinya, Mae dan Nurman, Don mencoba mewujudkan impian tersebut. Namun, ketika buku peninggalan itu dicuri oleh Atta, salah satu perundungnya, petualangan justru membawa mereka ke dunia tak terduga—dunia arwah.
Di sana, mereka bertemu Meri, arwah gadis kecil yang kehilangan kedua orang tuanya karena ulah manusia serakah. Don dan Meri pun bersepakat saling membantu menyelesaikan urusan mereka masing-masing.
Animasi Lokal yang Bertaraf Internasional
Dibalut visual yang jernih, penuh warna, dan tak kalah dari studio animasi besar dunia, “Jumbo” menyajikan nuansa magis dan emosional yang seimbang. Banyak yang membandingkannya dengan “Coco” (Pixar, 2017), namun “Jumbo” tetap memiliki jati diri lokal yang kuat.
Cerita terus berkembang tanpa jeda membosankan. Kita diajak menyelami dunia Don yang penuh tantangan, menyusuri lorong-lorong emosi bersama geng kecilnya, hingga memahami bahwa setiap orang punya kisah, luka, dan pandangan hidup yang layak dimengerti.