BeritaBandungRaya.com – Di tengah derasnya arus media sosial yang tanpa batas, budaya pamer harta dan pencapaian semakin mudah ditemukan. Fenomena ini sering kali menanamkan standar kehidupan yang tidak realistis dan membuat sebagian orang kehilangan rasa syukur. Topik inilah yang menjadi sorotan dalam khutbah Jumat bertajuk “Dua Tanda Dicabutnya Rasa Syukur dari Hati Seorang Muslim.”
Pesan Utama Khutbah
Khatib mengingatkan bahwa syukur adalah fondasi spiritual seorang Muslim. Syukur bukan hanya ungkapan lisan, tetapi juga kesadaran hati serta tindakan nyata dalam memanfaatkan nikmat Allah untuk kebaikan. Rasa syukur yang hilang dapat menjerumuskan seseorang pada kegelisahan hidup sekaligus menjauhkan dari kedekatan dengan Allah SWT.
BACA JUGA: 8 Tips & Trik Ampuh Masuk FYP TikTok di 2025, Engagement Naik dan Konten Makin Mudah Viral
Khutbah diawali dengan bacaan ayat dari Surah Ibrahim ayat 7 yang menegaskan janji dan ancaman Allah:
QS Ibrahim 14:7
﴿ وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ ﴾
“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan: Jika kamu bersyukur, pasti Aku akan menambah (nikmat) kepadamu. Tetapi jika kamu mengingkari, maka sungguh azab-Ku sangat keras.”
Ayat ini menurut khatib menjadi peringatan tegas: siapa yang menjaga syukurnya akan diberi kelapangan hidup, sementara yang mengabaikannya akan menghadapi kesempitan dan kegelisahan.
Syukur: Nikmat Duniawi dan Spiritual
Merujuk Tafsir Marah Labid karya Syekh Nawawi al-Bantani, khatib menjelaskan bahwa tambahan nikmat dapat hadir dalam dua bentuk.
Pertama, nikmat duniawi berupa ketenangan, produktivitas, serta keberkahan dalam usaha. Kedua, nikmat rohani berupa bertambahnya cinta kepada Allah sehingga seseorang semakin terdorong untuk memperbaiki ibadahnya.
Syukur, menurut ulama, bisa membawa seseorang naik pada tingkatan spiritual yang tinggi hingga kecintaannya kepada Sang Pemberi Nikmat melampaui kecintaannya kepada nikmat itu sendiri.








