Dua Tanda Dicabutnya Rasa Syukur
Khutbah kemudian mengurai dua indikasi utama hilangnya rasa syukur dalam diri seorang Muslim:
1. Mudah Mengeluh dan Sulit Menerima Takdir
Orang yang dijauhkan dari syukur cenderung melihat kekurangan, bukan kelebihan. Mereka sulit merasa cukup dan mudah membandingkan dirinya dengan orang lain, terutama dalam era media sosial. Padahal syukur tidak menunggu banyaknya harta atau menuanya usia.
Khatib mengutip hadis Rasulullah SAW:
مَنْ لَمْ يَشْكُرِ الْقَلِيلَ، لَمْ يَشْكُرِ الْكَثِيرَ، وَمَنْ لَمْ يَشْكُرِ النَّاسَ، لَمْ يَشْكُرِ اللهَ
“Barangsiapa tidak bersyukur atas yang sedikit, maka ia tidak akan bersyukur atas yang banyak. Dan barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, ia tidak bersyukur kepada Allah.”
(HR. Ahmad)
2. Tidak Menggunakan Nikmat untuk Ketaatan
Syukur mencakup tiga unsur yang saling terhubung: pengetahuan bahwa nikmat berasal dari Allah, kegembiraan hati atas nikmat tersebut, dan penggunaan nikmat untuk tujuan yang diridai-Nya. Ketika rasa syukur tercabut, seseorang justru menjadikan dunia sebagai tujuan, bukan sarana untuk beribadah.
Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin menulis bahwa syukur adalah maqam mulia yang menyatukan ilmu, sikap, dan perbuatan. Tanpa ketiganya, seseorang mudah terjebak dalam pola hidup materialistis.
BACA JUGA: 7 Trik Public Speaking agar Tidak Gugup Menurut Trainer Alicia Inka, Cocok untuk Pemula
Penutup Khutbah
Khutbah ditutup dengan seruan agar umat Islam memperbanyak syukur dalam keseharian, bukan hanya sebagai ucapan, tetapi juga sebagai langkah nyata dalam memperbaiki ibadah, berbagi kepada sesama, dan menjaga hati dari sifat kufur nikmat.
Doa-doa penutup dibacakan sebagaimana tradisi khutbah, memohon perlindungan Allah dari berbagai musibah dan memohon keberkahan hidup bagi kaum Muslimin.***








