“Dalam Islam, tawakal dan ikhtiar harus berjalan beriringan. Menerima takdir bukan berarti mengabaikan tanggung jawab,” jelas Ismail kepada media.
Ia menegaskan, menyebut peristiwa itu semata sebagai takdir justru berpotensi mengaburkan tanggung jawab moral dan hukum pihak terkait.
“Pengasuh pondok tidak bisa berlindung di balik kata takdir untuk melepaskan diri dari tanggung jawab atas meninggalnya para santri,” tegasnya.
Polisi Mulai Penyelidikan
Sementara itu, Kabid Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan penyelidikan akan dimulai setelah seluruh proses evakuasi dan pembersihan puing selesai. “Tim penyidik akan melakukan olah tempat kejadian perkara untuk memastikan penyebab pasti ambruknya bangunan,” katanya.
Baca Juga: Jadwal Salat Bandung dan Sekitarnya Hari Ini, Selasa 7 Oktober 2025
Hingga kini, tim gabungan Basarnas, BNPB, TNI, dan Polri masih bekerja di lapangan. Kepala Basarnas, Marsekal Madya TNI Mohammad Syafii, memastikan operasi pencarian akan terus dilanjutkan sampai semua korban ditemukan.
“Operasi SAR tidak akan dihentikan sebelum area benar-benar dinyatakan aman dan tidak ada lagi korban,” tegasnya.
Musibah ambruknya musala Ponpes Al Khoziny telah meninggalkan duka mendalam bagi dunia pendidikan Islam di Indonesia. Selain memakan puluhan korban jiwa, tragedi ini juga menimbulkan perdebatan moral tentang batas antara takdir dan tanggung jawab manusia dalam menghadapi bencana yang bisa dicegah.***