BeritaBandungRaya.com – Ketika portofolio saham mendadak memerah dan grup investasi dipenuhi curhatan, tidak sedikit investor—khususnya pemula—yang tergoda untuk menekan tombol jual demi “selamat”. Tapi benarkah menjual di tengah badai adalah jalan keluar? Atau justru jalan menuju penyesalan?
Naik-turunnya pasar saham memang bukan hal baru, dan justru itulah esensinya. Namun, yang membedakan investor bijak dari yang panik adalah fondasi yang mereka bangun sebelum gejolak datang. Dalam dunia investasi, mentalitas adalah separuh dari strategi.
Untuk membantu investor tetap tenang di tengah ketidakpastian, ada lima pilar penting yang bisa dijadikan pegangan agar tak mudah goyah saat pasar bergolak.
Baca Juga: Butuh Modal Usaha Besar? KUR BRI 2025 Sediakan Pinjaman Hingga Rp100 Juta, Ini Simulasi Cicilannya
1. Investasi dengan Kompas Tujuan
Investasi tanpa arah sama seperti mendayung di tengah laut tanpa peta. Banyak orang mulai membeli saham karena tren atau ajakan teman, tanpa tahu apa yang ingin dicapai. Padahal, punya tujuan yang konkret—entah itu pensiun, biaya sekolah anak, atau beli rumah—bisa menjadi jangkar saat pasar berombak. Saat harga saham turun, tujuan inilah yang membuat kita tetap bertahan, karena kita tahu arah perjalanan kita belum selesai.
2. Kenali Nyamannya Risiko
Tidak semua orang cocok dengan jenis risiko yang sama. Ada yang santai ketika nilai saham anjlok 10%, tapi ada juga yang langsung panik hanya karena minus 2%. Di sinilah pentingnya memahami profil risiko pribadi. Apakah kita konservatif, moderat, atau agresif? Profil ini akan menentukan pilihan instrumen investasi dan seberapa besar toleransi terhadap fluktuasi yang wajar. Ketika kita tahu batas nyamannya, kita tidak mudah goyah.