BeritaBandungRaya.com – Band rock asal Amerika Serikat, Falling In Reverse, kembali menjadi sorotan setelah merilis lagu terbaru berjudul “God Is A Weapon” pada 20 Mei 2025. Lagu ini bukan hanya viral di berbagai platform media sosial, tetapi juga menimbulkan perdebatan luas karena lirik dan nuansa gelap yang dihadirkannya.
Dikenal dengan gaya provokatif dan emosional, vokalis Ronnie Radke menggandeng sosok legendaris sekaligus kontroversial, Marilyn Manson, dalam kolaborasi yang disebut sebagai salah satu proyek paling berani dalam sejarah band tersebut.
BACA JUGA : BAD OMENS Rilis Single “Dying To Love”: Paduan Emosi, Distorsi, dan Estetika Gelap yang Sinematik
Eksperimen Gelap dari Dua Ikon Rock
“God Is A Weapon” membuka babak baru bagi Falling In Reverse. Bagi penggemar lama, lagu ini terasa seperti evolusi dari Watch The World Burn — namun kali ini dengan tempo lebih lambat, aransemen lebih suram, dan atmosfer yang nyaris religius dalam cara yang menyeramkan.
Kolaborasi dengan Marilyn Manson menambah kedalaman artistik lagu ini. Manson hadir bukan sekadar sebagai bintang tamu, melainkan sebagai representasi “pendeta gelap” dalam kisah pengakuan dosa yang dibangun oleh Radke. Suara khas Manson yang dalam dan dingin membawa nuansa gothic yang memperkuat makna dari lagu ini.
Makna dan Filosofi di Balik Lirik
Secara tematik, “God Is A Weapon” mengangkat kisah obsesi dan penyembahan yang berujung pada kehancuran diri. Lirik seperti “I can’t stop from spinning down the rabbit hole” melukiskan seseorang yang sadar bahwa dirinya jatuh dalam hubungan beracun, namun tetap memilih untuk tenggelam lebih dalam.
Kalimat lain, “They said that God’s a woman, I’ll worship you the same / ‘Cause all I do is think about saying your name in vain,” menunjukkan bagaimana cinta atau obsesi terhadap seseorang bisa mencapai titik ekstrem—disamakan dengan bentuk penyembahan yang justru mengikis makna kesucian itu sendiri.
Ketika Manson masuk dengan baris, “I can’t stop from sinning / My halo’s just a hole,” makna lagu ini semakin tajam. Tidak ada lagi upaya untuk menutupi dosa; justru ada penerimaan penuh terhadap sisi gelap manusia.








