Tantangan dan Valuasi Saham EMAS
Analis Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai bahwa valuasi saham EMAS saat ini masih sulit diukur menggunakan price to earning ratio (PER). Hal ini karena perusahaan masih berada dalam tahap pembangunan proyek dan belum menghasilkan laba bersih.
“Dengan arus kas operasi dan pendapatan yang masih negatif, return on equity (ROE) belum positif. Investor akan cenderung menilai berdasarkan cadangan emas, potensi produksi, dan EV/Resource,” jelas Wafi.
Menurutnya, rasio price-to-book value (PBV) EMAS berada di kisaran 3,7–4,9 kali, relatif lebih tinggi dibanding beberapa emiten tambang emas lain. Sebagai perbandingan:
MDKA: sekitar 4x
PSAB: sekitar 2,6x
ANTM: sekitar 2,5x
Dengan free float hanya 10%, Wafi memperkirakan harga saham EMAS berpotensi mengalami volatilitas cukup tinggi pada awal perdagangan.
BACA JUGA: BRI Perkuat Ekonomi Desa Lewat Program Koperasi Merah Putih dan Desa BRILian di Subang
Menuju Pencatatan Perdana di BEI
Listing EMAS pada 23 September 2025 akan menjadi salah satu momen besar di pasar modal Indonesia tahun ini. Dengan momentum kenaikan harga emas global dan antusiasme investor yang tinggi, debut EMAS di BEI diperkirakan akan berlangsung dinamis.
Namun, baik William maupun Wafi sama-sama mengingatkan bahwa investor perlu mempertimbangkan risiko, terutama karena proyek EMAS masih dalam tahap pengembangan dan belum menghasilkan keuntungan.
Keberhasilan IPO ini bukan hanya soal menghimpun dana, tetapi juga menjadi indikator kepercayaan pasar terhadap prospek industri tambang emas di Indonesia.***