Mendukbangga Wihaji Apresiasi Stunting Jabar Turun 5,8 Persen, Dampaknya Nasional Jadi 19,8 Persen

Luncurkan Sehati PTPN 1 untuk Dukung Genting di Pangalengan

Selain itu, kedatangannya juga sekaligus meluncurkan Gerakan Sehati untuk mendukung Genting melalui kolaborasi dengan PT Perkebunan Nusantara 1 (PTPN 1). Melalui gerakan ini, PTPN 1 akan menjadi orang tua asuh bagi 200 keluarga berisiko stunting (KRS) di sekitar perkebunan.

“KRS yang akan dibantu adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan baduta atau KRS dalam periode 1000 hari pertama kehidupan. Kenapa baduta, karena setelah dua tahun kalau stunting susah disempurnakan. Tapi kalau aman (selama dua tahun), berarti ke depan aman,” terang Wihaji.

“Karena itulah hari ini saya bersama stakeholders, Pak Wakil Gubernur, Ibu Bupati Bandung, Pak Wakil Bupati, Pak Dirut, Pak Direktur bersama-sama untuk melakukan kerja pentahelix supaya nanti prevalensi stunting-nya zero. Kenapa ini stunting? Karena cikal bakal generasi masa depan Indonesia itu salah satunya di sini. Kalau stunting-nya aman, zero, berarti IQ-nya rakyat Indonesia di atas 78. Berarti aman dan ini menjadi generasi masa depan Indonesia,” Wihaji melanjutkan.

Sementara itu, dalam dialognya dengan warga, Wihaji menjelaskan stunting merupakan situasi kekurangan gizi kronis yang ditandai dengan kurangnya tinggi badan dan berat badan jika dibandingkan dengan umurnya. Kondisi ini terjadi akibat kurangngnya asupan gizi, air bersih, buruknya sanitasi, dan pernikahan pada usia muda.

BACA JUGA: Link Live Streaming SCTV Music Awards 2025, Saksikan Malam Puncak Penghargaan Musik Indonesia

“Salah satu yang dipastikan menjadi pemicu stunting adalah pernikahan dini. Walaupun dikasih air bersih, dikasih asupan gizi, kalau pernikahan dini, kata dokter hampir 99,9 persen stunting. Selain itu, pola asuh. Yo, betul. Kenapa? Pola asuh ditinggal, diasuh oleh asisten. Yang penting tidak nangis. Makanan semua masuk. Padahal tak ada gizinya itu barang. Akhirnya apa? Anak tersebut punya risiko stunting,” jelas Wihaji.