Menelususi Jejak Leluhur Kampung Naga Tasikmalaya: Harmoni Alam, Adat, dan Iman di Tengah Modernitas

BeritaBandungRaya.com — Suara gemericik Sungai Ciwulan mengiringi langkah 21 pelaku pariwisata yang menuruni ratusan anak tangga menuju Kampung Naga, Tasikmalaya. Di bawah rindangnya pepohonan, mereka tampak tak hanya berwisata, melainkan seolah menapaki lorong waktu menuju kehidupan yang masih setia menjaga harmoni antara manusia dan alam.

Kunjungan pada Kamis, 23 Oktober 2024 itu merupakan hari ketiga, bagian dari kegiatan Famtrip Railways Scenic Panoramic Familiarization Trip to Garut–Tasikmalaya Rute 4, kolaborasi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat bersama Asita Jabar.

Sebanyak 21 peserta dari berbagai daerah di Indonesia hingga mancanegara diajak mengenal lebih dekat pesona Kampung Naga—salah satu kampung adat paling ikonik di Tanah Pasundan.

Baca Juga: HARRIS Hotel & Conventions Festival Citylink Bandung Hadir dengan Konsep ‘Stay Fit’

Jejak Tradisi di Tengah Modernitas

Terletak di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Kampung Naga hanya berjarak sekitar satu kilometer dari jalan raya penghubung Garut–Tasikmalaya. Namun, begitu kaki melangkah ke dalamnya, suasana berubah total: rumah-rumah panggung beratap ijuk, hamparan sawah bertingkat, dan udara sejuk menyambut setiap tamu yang datang.

Suguhan alam yang indah menuju Kampung Naga/Humas DPD ASITA Jabar

“Kampung Naga itu unik, karena dekat jalan raya tapi tetap menjaga adat leluhur,” tutur Ade Suherlin, kuncen atau pemimpin adat setempat. Dengan balutan pangsi hitam dan ikat kepala Sunda, ia menegaskan pentingnya merawat warisan budaya. “Adat itu warisan keturunan, sedangkan budaya milik bangsa. Kalau kita sendiri tidak menjaganya, siapa lagi?”