BeritaBandungRaya.com – Di era media sosial yang kian mendominasi gaya hidup masyarakat, tren kuliner “kekinian” terus bermunculan di linimasa. Beragam sajian modern dari berbagai penjuru dunia, seperti makanan Korea dan Eropa, berlomba mencuri perhatian netizen. Namun, bagaimana nasib kuliner tradisional Nusantara, khususnya dari tanah Sunda?
Kuliner Sunda dikenal dengan sajian berbasis tepung kanji yang mudah dijumpai di sudut-sudut Kota Bandung dan sekitarnya. Namun lebih dari itu, makanan Sunda sebenarnya kaya akan nilai gizi dan cita rasa khas yang tak kalah dengan hidangan modern.
Direktur Restoran Sindang Reret Group, Tetti Teriawati, berbagi pandangannya tentang tantangan menjaga eksistensi kuliner Sunda di tengah persaingan tren kuliner modern. Berdiri sejak 1973, Sindang Reret menjadi salah satu restoran legendaris yang tetap bertahan di Jawa Barat dengan empat cabang di Ciwidey, Lembang, Surapati, dan Karawang.
BACA JUGA: Sinopsis Arrival: Film Fiksi Ilmiah Penuh Misteri yang Tayang di Bioskop Trans TV Malam Ini
Menurut Tetti, anak muda masa kini umumnya mengenal restoran Sunda karena diajak oleh keluarga atau didorong rasa penasaran semata. “Mereka belum tentu mau selfie di restoran Sunda, tapi kalau di tempat makan Korea atau Eropa, pasti semangat,” ujarnya saat ditemui di cabang restoran Sindang Reret di Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jumat (31/1/2025).
Meski tampak sederhana, Tetti menegaskan bahwa memasak masakan Sunda membutuhkan keterampilan dan perhatian khusus. “Dalam proses memasak, koki tetap harus menjaga cita rasa, nilai gizi, dan esensi masakan Sunda,” jelasnya.
1 komentar
Komentar ditutup.