Pertamina dan Tonggak Bersejarah SAF di Indonesia
Pertamina melalui kilang Cilacap berhasil memproduksi SAF berbasis minyak jelantah menggunakan teknologi co-processing, sekaligus mengantongi sertifikasi keberlanjutan internasional ISCC CORSIA.
Penerbangan perdana Pelita Air menggunakan campuran 2,5% SAF menjadi bukti konkret bahwa bahan bakar ramah lingkungan tersebut sudah siap diimplementasikan dalam skala komersial.
“Langkah ini menunjukkan Indonesia punya kemampuan dan keberanian untuk memimpin transisi energi di sektor penerbangan,” ujar AHY menegaskan.
Selain mengurangi emisi karbon, penggunaan SAF juga membuka peluang ekonomi baru lewat model ekonomi sirkular berbasis minyak jelantah.
Daur Ulang Minyak Jelantah Jadi Energi
Program pengumpulan minyak jelantah kini dijalankan oleh Pertamina Patra Niaga melalui skema ritel dan kemitraan dengan sektor komersial seperti hotel, restoran, dan kafe (HoReCa).
Masyarakat dapat menyetorkan minyak jelantah ke 35 titik pengumpulan resmi, mulai dari SPBU Pertamina hingga fasilitas IHC. Setiap liter minyak jelantah dihargai sekitar Rp 6.000 dan dapat ditukar melalui aplikasi MyPertamina dalam bentuk e-wallet.
“Ekosistem SAF akan memperkuat ekonomi sirkular, di mana masyarakat bisa berpartisipasi langsung sebagai pemasok bahan baku. Dengan begitu, manfaatnya tidak hanya dirasakan industri, tetapi juga rakyat,” jelas Roberth MV Dumatubun, Pj. Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga.
Menurut data Pertamina, penggunaan SAF mampu mengurangi emisi hingga 84% dibandingkan avtur fosil, menjadikannya solusi paling realistis untuk menekan jejak karbon sektor aviasi tanpa mengorbankan kenyamanan dan keamanan penerbangan.










