Merekam Ulang Jejak Harmoni di Candi Cangkuang: Wisata Sejarah yang Mengajarkan Toleransi Hindu-Islam

Baca Juga: Persib Bandung Menang 2-0 atas Selangor FC, Thom Haye Absen karena Sakit

Menurut Ghurfah Fauzulhaq, Humas DPD ASITA Jawa Barat sekaligus Koordinator Famtrip Rute 4, kegiatan ini merupakan bagian dari strategi pemasaran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Provinsi Jawa Barat untuk mempromosikan destinasi wisata yang dapat dijangkau menggunakan transportasi kereta.

“Program ini dirancang agar pelaku wisata bisa membuat paket tur berbasis jalur kereta, terutama untuk wilayah Garut dan Tasikmalaya,” ujar pria yang akrab disapa Igo. “Pesertanya juga kami pilih dari berbagai daerah strategis, bahkan ada dari Nairobi, agar promosi pariwisata Jabar menjangkau pasar internasional.”

Menghidupkan Kembali Spirit Sejarah

Perjalanan ke Candi Cangkuang bukan sekadar wisata religi atau sejarah. Ia adalah perjalanan menelusuri akar peradaban yang membentuk wajah budaya Sunda—tempat di mana simbol Siwa dan makam seorang ulama berdiri berdampingan, melambangkan harmoni dua keyakinan besar yang pernah hidup di tanah Garut.

Dari balik kabut tipis yang menggantung di Situ Cangkuang, rombongan Famtrip menyaksikan bukan hanya keindahan alam, tapi juga kedalaman makna: bahwa sejarah bukan hanya untuk dikenang, melainkan untuk dipelajari dan dijaga, agar generasi mendatang memahami bahwa keberagaman adalah bagian dari jati diri bangsa.***