Perekonomian China diperkirakan masih akan lebih rendah pada tahun 2025 akibat krisis ekonomi saat ini. Fenomena ini kemungkinan akan berdampak pada banyak negara, terutama Indonesia sebagai salah satu mitra dagang terbesar China. Volatilitas harga komoditas global ditambah dengan kontraksi permintaan global kemungkinan akan memberi tekanan lebih besar pada neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Ketegangan geopolitik yang terus-menerus antara negara-negara di Timur Tengah dan Eropa akan berdampak pada gangguan harga komoditas global. Sementara program pemerintah Indonesia yang baru bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sebesar 8%, hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada alokasi anggaran fiskal. Akibatnya, para pelaku pasar sedang menunggu implementasi program-program tersebut.
Secara keseluruhan, meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan global dan domestik, potensi pertumbuhan ekonomi yang kuat tetap terlihat. Dengan kebijakan yang tepat, pengembangan sektor investasi yang berkelanjutan, dan program pemerintah yang berfokus pada stimulus ekonomi, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjaga momentum positif. Oleh karena itu, pelaku pasar diharapkan tetap optimis dan proaktif dalam memanfaatkan peluang yang ada, sambil menantikan implementasi kebijakan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian Indonesia.***