BeritaBandungRaya.com – Nama One Piece belakangan kembali mencuri perhatian publik di Indonesia. Namun kali ini bukan karena alur cerita atau kekuatan buah iblis, melainkan polemik penggunaan bendera kru Topi Jerami yang dianggap menyerupai simbol terlarang tertentu.
Beberapa aparat bahkan mengimbau masyarakat agar tidak memasang bendera tersebut menjelang peringatan Hari Kemerdekaan. Meski belum ada aturan resmi, isu ini membuat sebagian penggemar One Piece merasa tidak nyaman.
Di tengah kegaduhan itu, muncul pertanyaan baru: mengapa cerita fiksi dari Jepang ini begitu kuat resonansinya di Indonesia?
One Piece dan Fenomena “Cocokologi”: Kenapa Begitu Dekat dengan Realita?
Sama seperti fenomena Naruto di masa lalu—ketika urutan Hokage disebut-sebut mirip Presiden Indonesia—One Piece kini memunculkan diskusi serupa.
Semakin dalam mengikuti kisah ciptaan Eiichiro Oda ini, semakin banyak warganet yang merasa melihat refleksi dari dunia nyata:
-
Pulau-pulau yang “diambil alih” atas nama perdamaian.
-
Masyarakat adat yang tersingkir dari tanahnya.
-
Sejarah yang disembunyikan.
-
Definisi keadilan yang ditentukan oleh elite.
Apakah ini hanya teori cocokologi? Atau sekadar pembacaan kreatif dari para penggemar?
Berikut sejumlah teori warganet yang kini ramai diperbincangkan.
1. Dominasi Donquixote Doflamingo: Simbol Kekuasaan yang Terselubung
Dalam arc Dressrosa, Doflamingo digambarkan sebagai penguasa yang mematikan namun menutupi semuanya dengan wajah ramah. Ia bukan hanya bajak laut, tetapi mantan Tenryuubito, golongan elite dengan kekuasaan absolut.
Dressrosa, dalam cerita, tampak indah dan aman. Namun di balik itu:











