Profil Acil Bimbo: Musisi Legendaris, Budayawan, dan Pecinta Lingkungan yang Meninggal Dunia

Dalam berbagai forum budaya, Acil mengingatkan bahwa perubahan zaman telah menggeser nilai-nilai sosial masyarakat Sunda. Nilai “someah” atau ramah tamah yang dulu dijunjung tinggi perlahan terkikis oleh sikap individualistis. Ia pun mengajak masyarakat Sunda untuk kembali memegang teguh prinsip kebersamaan, silaturahmi, dan gotong royong.

Tak hanya soal budaya, kepedulian Acil terhadap lingkungan juga patut diapresiasi. Ia pernah lantang menyuarakan kerusakan hutan lindung di kawasan Tangkubanparahu yang masuk dalam Kawasan Bandung Utara (KBU). Menurutnya, pembangunan di wilayah tersebut harus memperhatikan aspek ekologi dan kearifan lokal.

Dedikasinya pada masyarakat tercermin melalui kiprahnya sebagai ketua LSM Bandung Spirit, yang berdiri sejak tahun 2000. Lewat lembaga ini, Acil terlibat dalam berbagai kegiatan sosial dan kebudayaan, baik di dalam maupun luar negeri. Hal ini menunjukkan bahwa dirinya tidak hanya berkarya di panggung musik, tetapi juga terjun langsung untuk memberi dampak bagi masyarakat.

Secara akademis, Acil Bimbo adalah lulusan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran tahun 1974. Dua dekade kemudian, ia melanjutkan pendidikan kenotariatan di kampus yang sama pada 1994. Pendidikan ini melengkapi perjalanannya, meski dunia musik dan budaya tetap menjadi jalan utama pengabdiannya.

Baca Juga: Malam Mencekam di Bandung, Gas Air Mata Tembus Kampus Unisba dan Unpas

Dalam kehidupan pribadi, Acil menikah dengan Ernawati dan dikaruniai empat anak. Dari anak-anaknya, lahir cucu-cucu yang juga berkiprah di dunia hiburan, di antaranya Hasyakyla Utami dan Adhisty Zara, dua bersaudara yang pernah bergabung dengan grup idola JKT48.