Meski raganya tak lagi ada, nama Mbok Yem telah menjadi legenda yang abadi. Kisahnya menjadi bahan cerita di tenda-tenda, obrolan di komunitas pendaki, hingga inspirasi di antara mereka yang ingin hidup sederhana namun berdampak besar.
BACA JUGA: KAI Bandara Pertegas Komitmen di Hari Bumi 2025: Langkah Nyata Menuju Masa Depan Berkelanjutan
Inspirasi di Balik Kabut
Ketika ditanya mengapa tak pernah bosan tinggal di gunung, Mbok Yem pernah menjawab singkat, “Gunung itu guru. Saya hanya muridnya.” Kalimat itu kini terasa begitu dalam. Ia adalah murid yang setia, dan sekaligus guru bagi banyak orang.
Ia tak meninggalkan harta, namun meninggalkan nilai: ketulusan, kesetiaan, dan kasih yang tak pernah putus.
Selamat jalan, Mbok Yem
Gunung Lawu akan tetap berdiri. Tapi tanpa tawa dan sapaan Mbok Yem, puncaknya tak akan pernah sama. Namun satu yang pasti, setiap pendaki yang singgah di warung itu—sekarang atau kelak—akan selalu merasakan kehadirannya dalam setiap tegukan teh hangat.***