Nilai Investasi Capai Rp7,8 Triliun
Menurut laporan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, nilai investasi awal proyek Tol Dalam Kota Bandung diperkirakan mencapai Rp7,83 triliun.
Namun angka ini masih bisa berubah, bergantung pada hasil akhir studi kelayakan dan rencana teknis yang sedang dikerjakan.
Mantan Dirjen Pembiayaan Infrastruktur, Triono Junoasmono, pernah menyebut bahwa target penyelesaian studi kelayakan dijadwalkan rampung awal 2026.
Rencana Trase dan Konektivitas Kota
Secara garis besar, BIUTR dirancang untuk menghubungkan wilayah utara dan selatan Kota Bandung, serta terintegrasi dengan jaringan Tol Padaleunyi.
Rute awal meliputi Jalan Pasteur – Jalan Pasupati – kawasan Gasibu, dengan dua opsi lanjutan:
· Alternatif 1: Mengarah ke Cicaheum
· Alternatif 2: Melalui Jalan Supratman – Antapani
Proyek ini juga akan tersambung ke gerbang Tol Padaleunyi 149 dan Jalan Rumah Sakit, hingga berujung di Cibiru – Cileunyi.
“Tujuannya agar akses antara kawasan utara dan selatan lebih efisien, sekaligus memperkuat konektivitas arteri kota,” ujar Penjabat Wali Kota Bandung A. Koswara.
BACA JUGA : Pawai Kendaraan Hias Bercahaya Warnai HJKB ke-215, Pemkot Bandung Siapkan Malam Spektakuler
Proyek Lama yang Dihidupkan Kembali
Tol Dalam Kota Bandung bukan proyek baru. Gagasannya sudah muncul sejak 15 tahun lalu di era Presiden Joko Widodo, namun sempat terhenti di tahap studi awal.
Kini, dengan status PSN, proyek ini mendapat dukungan lintas kementerian dan pendanaan internasional, membuka peluang percepatan pembangunan.
Jika seluruh proses FS dan RC selesai tepat waktu, proyek ini diharapkan bisa menjadi solusi strategis untuk mengurai kemacetan kronis Bandung, khususnya di koridor Pasteur–Gasibu–Antapani, yang setiap hari menjadi jalur padat antara wilayah utara dan selatan kota.
Kesimpulan:
Masuknya BIUTR dalam daftar PSN menandai babak baru ambisi Bandung menuju kota dengan sistem transportasi modern dan terintegrasi.
Namun, dengan trase yang belum final dan kajian yang masih berjalan, tantangan utama proyek ini justru ada di tahap perencanaan — antara visi mobilitas masa depan dan realitas kompleksitas tata ruang perkotaan Bandung.***






