Hingga kini, hasil uji laboratorium dari Lembaga Aplikasi dan Inovasi Sains Data (Lapisda) Bandung masih ditunggu. Polisi juga telah memeriksa sejumlah saksi, termasuk pihak sekolah, korban, dan tenaga medis. Namun, dari pihak yayasan penyalur MBG, pemeriksaan belum dilakukan. “Kami belum bisa memastikan penyebab pasti sebelum hasil laboratorium keluar,” ujar Kasat Reskrim Polres Garut, AKP Joko Prihatin.
Kasus ini mendapat perhatian serius dari pemerintah daerah hingga pusat. Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, menyatakan keprihatinannya atas insiden tersebut. Ia memastikan evaluasi menyeluruh akan dilakukan bersama semua pihak terkait agar kejadian serupa tidak terulang. “Kami akan tingkatkan koordinasi dengan seluruh instansi terkait. Pemerintah juga menanggung penuh biaya pengobatan korban,” tegasnya.
Dari sisi pemerintah provinsi, Sekretaris Daerah Jawa Barat, Herman Suryatman, menyebut pihaknya segera berkoordinasi dengan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengevaluasi program MBG, mulai dari pemilihan bahan baku hingga distribusinya ke sekolah-sekolah. “Kami ingin memastikan standar higienitas dan pengawasan berjalan lebih ketat,” ujarnya, Jumat (19/9/2025).
Perhatian juga datang dari Istana Kepresidenan. Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menyampaikan permintaan maaf atas kejadian keracunan massal yang kembali terjadi di sejumlah daerah. Ia menegaskan bahwa kasus ini tidak pernah diharapkan dan pemerintah akan memperketat pengawasan ke depan. “Kami atas nama pemerintah memohon maaf. Kejadian ini tentu bukan hal yang kita inginkan,” ucapnya di Jakarta, Jumat (20/9/2025).