“Saya harus tetap kerja, karena biaya berobat kan nggak murah. Apalagi saya nggak mau terlalu banyak merepotkan orang lain,” ungkapnya.
Kondisinya yang semakin melemah akibat penyakit ini juga diperparah dengan stres berkepanjangan. Tekanan hidup yang terus ia alami berdampak pada kesehatannya, termasuk memperparah asam lambung kronis yang telah lama dideritanya.
“Asam lambungku sudah kronis banget. Sampai kemarin sempat di-endoskopi, memang sudah luka, sudah luka menganga. Sampai meludah aja sudah darah,” kata Nunung.
BACA JUGA: Link Live Streaming Hafiz Indonesia, Senin 10 Maret 2025, Saksikan Siapa Yang Akan Pulang?
Tulang Punggung Keluarga di Usia Senja
Di usianya yang sudah menginjak 61 tahun, Nunung masih harus bekerja keras untuk menafkahi keluarganya. Ia tidak hanya memikirkan dirinya sendiri, tetapi juga anak-anak dan cucu-cucunya yang masih membutuhkan perhatian serta dukungan finansial.
“Aku hidup nggak sama suami, aku ini tulang punggung keluarga dan keluargaku banyak banget,” ujarnya.
Meski anak-anaknya sudah menyelesaikan pendidikan dan mulai bekerja, Nunung tetap merasa memiliki tanggung jawab besar. Ia pun disebut sebagai bagian dari “generasi sandwich”, yakni generasi yang harus menopang kehidupan keluarganya di usia yang seharusnya sudah lebih tenang.
“Ya nggak apa-apa, memang ini yang diberi rezeki sama Allah ke keluarga besar saya, mungkin baru saya. Alhamdulillah rezekinya cucu-cucuku,” tuturnya.
Tetap Semangat di Tengah Cobaan
Nunung mengaku bahwa dirinya tidak memiliki banyak pilihan selain terus bekerja. Setiap penghasilan yang ia dapatkan lebih banyak digunakan untuk biaya pengobatan dan kebutuhan keluarga dibandingkan untuk dirinya sendiri.
“Jadi saya kerja ini supaya saya bisa terus berobat dengan lancar, nggak terus minta pertolongan ke teman-teman. Kalau teman masih banyak yang nolong ya alhamdulillah,” katanya.
