Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran Picu Kecaman Dunia, Netanyahu Dukung, PBB Ingatkan Ancaman Perang Besar

BeritaBandungRaya.com – Ketegangan global kembali memuncak usai Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS telah melancarkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir milik Iran, termasuk situs bawah tanah Fordo. Klaim tersebut disampaikan Trump lewat akun media sosial pribadinya, Truth Social, pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

“Ini adalah momen bersejarah bagi Amerika Serikat, Israel, dan dunia. Iran harus menghentikan perang ini sekarang,” tulis Trump.

Langkah sepihak Trump itu memicu respons beragam dari berbagai pemimpin dunia. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, langsung menyambut aksi tersebut dengan pujian. Dalam pernyataannya yang dikutip CNBC International, Netanyahu menyebut keputusan Trump sebagai langkah berani yang akan “mengubah sejarah.” Ia menegaskan kembali doktrin yang selama ini digaungkannya bersama Trump, yakni “Perdamaian melalui kekuatan.”

BACA JUGA: Ratusan WNI Terjebak di Iran dan Israel, Proses Evakuasi Masih Berlangsung

Namun di sisi lain, kecaman datang dari berbagai penjuru. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, memperingatkan bahwa serangan ini berpotensi memperburuk krisis di Timur Tengah. Melalui unggahannya di Instagram, Guterres menyebut risiko konflik besar kini meningkat tajam.

“Ini adalah eskalasi berbahaya di kawasan yang sudah rapuh. Konsekuensinya bisa sangat menghancurkan, bukan hanya bagi Timur Tengah tetapi juga dunia,” tegas Guterres.

Guterres menyerukan penghentian kekerasan dan menegaskan bahwa satu-satunya jalan keluar dari konflik ini adalah diplomasi.

Dari pihak Iran, Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi mengecam keras serangan tersebut melalui platform X. Ia menyebut aksi AS sebagai pelanggaran serius terhadap Piagam PBB dan Traktat Nonproliferasi Nuklir (NPT). “Iran memiliki berbagai opsi untuk memberikan tanggapan,” ujarnya.

Venezuela turut bersuara lantang menolak serangan tersebut. Menteri Luar Negeri Venezuela Yvan Gil bahkan menyebut serangan itu sebagai bentuk agresi militer yang diminta Israel. Lewat Telegram, ia menuntut penghentian permusuhan serta menegaskan sikap penolakan terhadap serangan di fasilitas Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Presiden Kuba Miguel Diaz-Canel juga menyoroti bahaya yang ditimbulkan oleh serangan AS. Dalam keterangannya di X, ia menyebut tindakan Washington sebagai eskalasi serius yang dapat membawa dunia menuju krisis global yang tak terkendali.

Beberapa negara lain seperti Meksiko dan Australia mengambil sikap lebih moderat dengan menyerukan dialog dan solusi damai. Pemerintah Meksiko menegaskan pentingnya deeskalasi dan prioritas untuk menjaga perdamaian di Timur Tengah. Sementara Australia menyatakan bahwa program nuklir Iran memang menjadi ancaman, namun tetap mendorong penyelesaian lewat diplomasi.